Hidayatullah.com–Dari Kolombo Srilanka, pesawat Israel terus ke Indonesia, dan mendarat pada 12 Januari 2005 di dekat daerah yang terkena dampak tsunami di Aceh, Sumatera. 75 ton bahan-bahan kebutuhan darurat senilai USD 450.000 diturunkan.
Kargo yang di dalamnya termasuk 16 ton makanan bayi, disumbangkan oleh Remedia dan MATERNA. 30 ton beras, tepung, air, gula, dan biji-bijian disumbangkan oleh Koach Latet, Sugat, dan Osem produsen makanan Israel. Lima ton plastik disumbangkan oleh Hovav Plastica dan Haogenplast, dan 20 ton obat-obatan yang diproduksi oleh Teva Pharmaceuticals, disumbangkan melalui Latet. Selain itu, Shari Arison Glazer dan jemaat Shira Hadasha di Yerusalem menyumbangkan sistem pemurnian air yang diproduksi oleh Netafim Israel, yang dengan sendirinya menyumbangkan sistem kedua.
Sebuah kontribusi senilai USD 300.000 dari Yayasan Sacta-Rashi, Mark Solomon dan Friends of Yemin Orde Wingate Youth Village menutup biaya penerbangan. Sumbangan itu, bersama dengan Koach Latet, juga menyediakan sepuluh jaringan komunikasi satelit yang dibuat oleh Gilat Networks, yang menyumbangkan dua jaringan tambahan. El Al menyediakan pesawat dengan biaya rendah. Departemen Pertahanan dan Maman berhasil memberikan layanan yang cepat, efisien, dan gratis di bandara.
Direktur Jenderal Ron Prosor diterima di Indonesia oleh para pejabat senior, yang menyatakan terima kasih atas bantuan Israel, yang baru pertama kalinya diberikan itu.
Prosor menyampaikan surat belasungkawa dari Menteri Luar Negeri Silvan Shalom kepada mitranya di Indonesia. Mereka juga membahas kelangsungan bantuan Israel untuk jangka menengah-panjang.
Sampai tahun 2009 ini masih belum ada hubungan diplomatik antara Israel dan Indonesia. Tapi mengapa HMI tiba-tiba bisa menyalurkan bantuan senilai USD 500.000 dari Israel untuk korban gempa Padang?
Negara Zionis Yahudi ini mungkin masuk melalui Magen David Adom (Palang Merah Israel). Itu mengapa Beth Am mengumpulkan bantuan mereka ke JDC. Sebab sebagaimana yang mereka tulis di situsnya, JDC adalah rekanan Magen David Adom (MDA).
MDA sendiri disamping memiliki hubungan dengan Ambulan Indonesia, juga memiliki hubungan kerjasama dengan Pusat Penanggulangan Bencana Muhammadiyah.
Rabu malam tanggal 29 Oktober 2008, MDA menandatangani sebuah perjanjian kerjasama diwakili oleh Dr. Sudibyo Markus, seorang pengurus sebuah ormas Islam besar di Indonesia.
Pada acara perayaan penandatanganan kerjasama itu Markus memberikan komentar, “Saya berusia 76 tahun. Dan saya senang karena berhasil memenuhi impian masa kecil saya, yaitu pergi ke Israel.” Sebagaimana diberitakan oleh CN Publications (30/10/2008).
Indonesia adalah negara Islam terbesar yang mempunyai pengaruh politik cukup kuat di antara negara-negara Islam. Tentunya Israel sangat paham akan hal ini, sebuah peluang yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan negara mereka.
Jauh di daerah Timur Tengah sana, saudara seiman kita di Palestina masih merasakan penderitaan pedih akibat penjajahan Israel yang telah berlangsung puluhan tahun lamanya. Tidak sedikit pun tentara Zionis bersikap lunak kepada mereka. Bahkan orang-orang di Gaza dibiarkan kelaparan dan harus merangkak dan mempertaruhkan nyawa di terowongan sempit demi mendapatkan bahan makanan seadanya. Tapi mengapa, bangsa yang merdeka ini, yang hanya terkena goncangan gempa 2-3 menit saja, mau menerima pemberian dari bangsa yang menjajah saudaranya, yang tangannya berlumuran darah orang tak berdosa? [dija berbagai sumber/hidayatullah.com]“/>