Habib Rizieq khawatir aksi kejam itu digunakan sebagai pembenaran oleh pihak-pihak tertentu untuk membenarkan anggapan adanya teroris di Indonesia. Ia melihat Amerika justru diuntungkan dengan kejadian ini, sebab selama ini Amerika kerap menuduh adanya teroris di Indonesia. Jika peledakan ini dilakukan oleh teroris, kata dia, mengapa ledakan besar terjadi di tempat umum dan justru ledakan dekat Konsulat AS Denpasar hanya berkekuatan kecil.
“Saya justru curiga orang yang meletakkan bom itu orang Amerika sendiri, CIA. Nah, mereka perlu menciptakan satu kondisi dimana, kondisi itu menjadi dalil pembenaran bahwa Indonesia adalah sarang teroris. Kita kan selama ini mengatakan tidak. Indonesia bukan sarang teroris,” katanya kepada wartawan di kediamannya, daerah Petamburan, Jakarta, Ahad (13/10) siang.
Habib melihat cara yang sama terjadi dalam kasus peledakan World Trade Center di New York 11 September 2001. Amerika menjadikan peristiwa ini untuk menyerang rezim Taliban di Afghanistan dan sasaran lainnya. “Amerika itu negara yang menghalalkan segala cara,” katanya lagi.
Bagaimana sikapnya jika ada pihak yang menghubungkan FPI dengan peledakan di Bali? “Itu bukan gaya FPI,” bantahnya. Selama ini organisasinya menggunakan sebuah pola standar untuk memerangi tempat maksiat, seperti dengan memberikan imbauan hingga razia. Ia juga merasa bersyukur FPI tidak memiliki cabang di Bali sehingga kecil kemungkinan untuk diduga terlibat dalam masalah ini.
Ledakan yang terjadi di depan diskotik Sari Club itu terjadi Sabtu (12/10), sekitar pukul 23.10 Wita. Akibatnya, lebih dari 180 korban meninggal dunia, dan ratusan lainnya luka-luka. Sebagian besar korban yang meninggal maupun selamat mengalami luka bakar serius.
“FPI mengutuk, mengecam, dan melaknat pelaku peledakan di Bali karena telah menimbulkan korban rakyat sipil yang begitu besar dan banyak,” tegas Habib Rizieq. (riza/tempo/sma)