Hidayatullah.com– China melonggarkan aturan Covid-19 meskipun kasus infeksi mencapai titik tertinggi kurun beberapa bulan terakhir di sejumlah daerah.
Masa karantina di fasilitas negara untuk kontak dekat dipotong dari tujuh hari menjadi lima hari dan tiga hari untuk yang melakukan isolasi di rumah.
Petugas juga tidak akan lagi mendata kontak sekunder – artinya banyak orang akan terhindar dari kewajiban karantina.
Kebijakan baru ini diambil beberapa pekan setelah Xi Jinping dipastikan akan memimpin China untuk periode ketiga dalam kongres Partai Komunis bulan lalu. Hari Kamis (10/11/2022), Xi menggelar rapat Covid-19 pertama dengan Komite Pengarah baru yang dibentuk dalam kongres.
Kebijakan zero-Covid yang ditetapkan oleh pemerintah China membantu menekan angka kematian, tetapi pada saat yang sama melumpuhkan perekonomian dan menyengsarakan kehidupan rakyat kebanyakan.
Beberapa waktu belakangan masyarakat China tampak semakin lelah dengan aturan Covid yang terlalu ketat. Cerita-cerita tentang hambatan, kesulitan, kesengsaraan yang dialami warga akibat berbagai pembatasan Covid-19 banyak dilontarkan di media sosial sehingga menyulut kemarahan masyarakat.
Kota-kota besar seperti Beijing, Guangzhou dan Zhengzhou saat ini mengalami peningkatan jumlah infeksi tertinggi kurun beberapa bulan terakhir.
Pada hari Kamis, China mencatat lebih dari 10.500 kasus Covid baru – total harian tertinggi sejak April ketika China menutup kota terbesarnya Shanghai untuk memerangi wabah di sana, lansir BBC.
Komisi Kesehatan Nasional China bersikukuh mengatakan bahwa pelonggaran aturan bukan berarti pelonggaran pencegahan dan pengendalian, apalagi sampai membuka kembali lebar-lebar aktivitas warga.
Xi bersikeras untuk tetap berpegang pada kebijakan nol-Covid yang ketat yang mengharuskan lockdown.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Contohnya, pekan ini di Guangzhou – pusat gelombang Covid saat ini di China – penduduk setempat di satu distrik dilarang keluar rumah dan hanya satu anggota dari setiap rumah tangga yang diizinkan keluar membeli kebutuhan harian.
Transportasi umum dihentikan, sementara sekolah dan tempat kerja juga ditutup.
Di Zhengzhou, salah satu pusat wabah Covid di China, lockdown mendorong banyak pekerja Foxconn – yang dipaksa karantina di lokasi pabrik – untuk melarikan diri dari daerah tersebut dengan berjalan kaki karena tidak ada kendaraan umum.*