Hidayatullah.com–Menurut Fraser, semenjak Australia di pimpin Jophn Howard, negara ini menjadi begitu tunduk kepada Amerika Serikat (AS).
Fraser melemparkan kecaman itu dalam artikel yang ditulis untuk Sydney Morning Herald Senin, (14/7/2003). Menurut Fraser, sudah tiba masanya untuk bertanya pada pemerintah pimpinan Howard. Apakah dia menjaga kepentingan rakyat Australia atau AS.
Fraser yang mengetuai pemerintah konservatif dari 1975 hingga 1983 menyebut kontroversi berhubungan dakwaan Howard bahwa Iraq mencoba membeli uranium dari Afrika.
“Dakwaan tersebut dibuat berdasarkan laporan intelijen palsu, “kata bekas Perdana Menteri itu.
Fraser juga menuduh bahwa pihak pemerintah telah gagal membela rakyat Australia yang ditahan oleh tentera AS sejak perang di Afghanistan usai.
Pemerintah Howard hanya berdamai dengan keputusan AS yang menahan dan membicarakan warga Australia, David Hicks di mahkamah militer karena diyakini terlibat terorisme, tambahnya.
“Sebagaian pihak percaya kita sekarang sudah menjadi sekutu yang sangat penurut.”
Kemarin Howard mengungkapkan bahwa dirinya sudah tidak percaya lagi terhadap klaim adanya program pengembangan senjata pemusnah masal oleh Iraq. Padahal, dalih itu yang dulu mendorong Howard mengirim pasukannya ke Iraq membantu AS dan Inggris.
Howard sendiri menyebut keputusannya mengirim 2.000 pasukan Australia ke Iraq sebagai tindakan sesat. Meski dia mencoba berdalih bahwa itu dilakukan dengan tidak sengaja.
Dia mengaku, penasihat intelijennya, Office of National Assessments, yang mengetahui bahwa dalih AS itu bohong tidak memberitahu dirinya. Juga tidak ada pemberitahuan dari agen mata-mata lainnya.
Sementara itu, kalangan Partai Buruh yang menjadi oposan utama pemerintahan Howard melihat bahwa dia makin kehilangan kepercayaan. Meskipun nasibnya tidak separah PM Inggris Tony Blair yang terus mendapat tekanan karena “kekeliruannya” membela AS menyerang Iraq. (afp/bbc/aapum)