Hidayatullah.com–Sekitar 400 polisi Thailand dan pegawai pemerintah kemarin dikabarkan telah berebut meminta haknya pada Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan imbalan atas jasa mereka sebesar 4 juta USD sebagai ganjaran yang telah ditawarkan oleh AS sebelumnya jika berhasil menangkap Hambali, menurut sumber semalam.
“Mereka berlomba mendapatkan ganjaran,” ujar pegawai Pusat Operasi Keselamatan Negara memberitahu seperti dikutip AFP.
Menurut AFP, sekurang-kurangnya ada empat agen pemerintahan yang meminta ganjaran atas hasil mereka dalam suksesnya menangkap Hambali.
“Dari 400 orang mereka adalah pejabat imigrasi, pejabat pemberantas narkotika, polisi khusus Thai, dan polisi wilayah Ayutthaya yang telah memberikan tandatangan guna mendapat uang itu,” katanya.
Selepas penangkapan Hambali di kota Ayutthaya Tengah pada 11 Agustus lalu yang dilancarkan berkat kerjasama pihak AS, Menteri Pertahanan Thamarak Issarangkun Na Ayutthaya mengatakan Thailand akan mendapatkan uang dari AS atas kesuksesaannya itu.
Namun Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra mengatakan ganjaran itu akan dibayar terus kepada mereka yang terlibat secara langsung dalam menangkap Hambi.
Pejabat Keselamatan Negara (NSC) AS mengatakan agen intelijen CIA bertanggungjawab membayar uang mereka .
“NSC akan menyiapkan sejumlah agen yang akan bekerjasama dan memberikan ganjaran kepada perdana menteri,” katanya.
Bantahan Da’i
Sementara itu, Kapolri Jend. Da’i Bahtiar kepada beberapa pers kemarin memberikan pernyataan dengan mengatakan bahwa tidak ada laskar Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia.
“Tidak ada laskar atau azkar itu,” katanya usai salat Jumat di Masjid Al Ikhlas Mabes Polri, Jakarta, Jumat kemarin.
Hal itu dikatakannya sekaligus meluruskan pernyataan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Erwin Mappaseng.
Sebelumnya, Erwin mengatakan, JI mempunyai setidaknya 300 anggota pasukan yang dinamakan azkar yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
“Mereka (azkar) pernah berlatih di Afghanistan dan Moro. Pasukan itu mempunyai kemampuan berperang dan merakit bom,” kata Mappaseng.
Da’i mengatakan kembali bahwa JI tidak mempunyai laskar. “Namun, kalau mempunyai kelompok-kelompok, memang ya. Hanya saja, mereka bekerja secara terpisah. Ada yang mencari mobil, ada yang merancang bom, ada yang mencari sasaran dan ada yang menjadi eksekutor. Jadi, tidak ada laskar atau Azkar, melainkan kelompok,” katanya.
Bantuan AS
Sementara di Thailand aparat dan pejabatnya berebut menuntut bayaran AS, di tempat yang berbeda, Jum’at lalu, Duta Besar AS untuk Indonesia, Ralph L Boyce melalui Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (USTDA), memberikan hibah sebesar 845.000 dolar AS Indonesia guna membangun dua proyek keamanan transportasi di Indonesia.
Penyerahan bantuan dilakukan di Depkeu oleh Dubes AS untuk Indonesia kepada Dirjen Perhubungan Laut Tjuk Sukardiman dan Ketua Badan Otorita Batam Ismeth Abdullah disaksikan Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-jakti, di Jakarta.
Bantuan senilai 845.000 dolar AS itu, pada paket pertama senilai 555.000 dolar AS diberikan untuk bantuan teknis Pelabuhan Tanjung Priok dalam rangka membantu pembangunan prasarana teknologi informasi dan komunikasi termasuk bea cukai dan imigrasi.
Sedangkan paket ke dua, senilai 290.000 dolar AS akan mendanai bantuan teknis untuk mendukung evaluasi keamanan Bandara Internasional Hang Nadim, di Batam.
Dubes AS, Ralph L Boyce dalam sambutannya mengatakan, bantuan keamanan ini diharapkan bisa meningkatkan upaya pencegahan masuknya aksi teroris di Indonesia.
“Kali ini baru dua proyek, kita harapkan akan ada tambahan bantuan yang akan datang,” kata Boyce. (afp/mi/cha)