Hidayatullah.com–Sumber pejabat tinggi Palestina mengungkapkan, komite pusat gerakan Al-Fatah kubu Presiden Palestina Yasser Arafat, Minggu lalu, merekomendasikan ketua parlemen Ahmad Qorei untuk menggantikan Mahmoud Abbas sebagai perdana menteri Palestina
Qorei telah menjadi pilihan bulat dari para peserta pertemuan komite pusat Fatah di markas Arafat di Ramallah.
“Pencalonan Abu Ala (Qorei) direkomendasikan dengan suara bulat,” kata anggota komite pusat Abbas Zaki kepada AFP setelah pertemuan yang dipimpin Arafat.
Arafat sendiri mengusulkan Qorei sebagai pengganti Abbas, yang mengundurkan diri Sabtu, dan anggota-anggota komite itu mengikuti saran presiden Palestina tersebut, kata seorang pejabat tinggi Palestina yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP.
Komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dijadwalkan bertemu Minggu malam untuk membahas pengganti Abbas. Sebuah keputusan resmi akan diumumkan dalam waktu 48 jam, kata Zaki.
Beberapa sumber di Dewan Legislatif Palestina, atau parlemen, mengatakan, Qorei menggalang prospek untuk menjadi perdana menteri.
“Abu Ala belum menyatakan setuju atau menolak,” kata satu sumber.
Qorei memimpin upaya-upaya penengahan ketika pergolakan kekuasaan antara Abbas dan Arafat menjadi semakin sengit, namun ia menyimpulkan bahwa hubungan mereka telah memburuk sedemikian rupa sehingga kedua tokoh yang dulu sekutu itu tidak bisa lagi bekerja sama.
Qorei dan Abbas bekerja secara erat menjelang Perjanjian Oslo 1993 dan menjadi perunding utama perjanjian itu, yang mengarah pada pemerintahan sendiri Palestina di beberapa bagian wilayah yang diduduki Israel.
Qorei (65), yang dilahirkan di Abu Dis, daerah pinggiran Yerusalem timur, bekerja bertahun-tahun di sektor perbankan sebelum bergabung dengan gerakan Fatah Arafat.
Ia terpilih sebagai anggota parlemen untuk Yerusalem pada 1996 selama pemilihan umum pertama di wilayah pendudukan dan kemudian menjadi ketua parlemen.
Israel memperingatkan setelah pengunduran diri Abbas bahwa mereka “tidak akan menyetujui” pengangkatan seorang loyalis Arafat sebagai PM.
“Israel tidak akan pernah menerima sebuah keadaan dimana kontrol Pemerintah Palestina jatuh lagi ke tangan Yasser Arafat atau salah seorang pendukung kuatnya,” demikian sebuah pernyataan Israel.
Keputusan Arafat menyetujui pengunduran diri Abbas segera membuat Menteri Luar Negeri Israel Silvan Shalom memperbarui seruan-seruan Minggu bagi pengusiran pemimpin kawakan Palestina tersebut dari Tepi Barat.
Menurut Shalom, pengunduran diri Abbas itu merupakan bukti penolakan Arafat “untuk membiarkan proses politik berkembang”.
Pemerintah Israel telah lama menuduh Arafat merongrong Abbas dan proses perdamaian. Pasukan Israel mengurung pemimpin Palestina yang berusia 74 tahun itu di markasnya di Ramallah dalam 20 bulan terakhir.
AS Marah
Perdana Menteri Palestina Abu Mazen, meletakkan jabatan pada hari Sabtu setelah perebutan kekuasaan yang sengit dengan Arafat.
Abu Mazen akan tetap memangku jabatan selama beberapa minggu selaku Perdana Menteri caretaker.
Akan tetapi keputusannya untuk mengundurkan diri telah menimbulkan reaksi keras dari masyarakat dunia, yang dipimpin Amerika.
Gedung Putih mengatakan, hal itu tidak akan menggoyahkan komitmen Amerika untuk melaksanakan rencana perdamaian Timur Tengah, tapi akan menimbulkan kelambanan yang tidak bisa dihindarkan.
Brussel mengecam pengunduran diri itu sebagai “satu langkah mundur” bagi perdamaian.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana, serta merta terbang ke Mesir untuk berbicara dengan Presiden Mesir, Hosni Mubarak, dalam upaya menyelesaikan krisis itu. (ant/abcn)