Hidayatullah.com–Jika mendengar tindakan penyiksaan yang dilakukan tentara Zionis terhadap warga Palestina mungkin sudah menjadi berita sehari-hari dan terlalu sering kita dengar. Akan tetapi, jika penyiksaan itu dilakukan terhadap seorang warga Eropa, tentulah hal itu menjadi berita menarik. Baru-baru ini, Kementerian Luar Negeri Denmark mengeluarkan sebuah statemen kecaman terhadap Israel atas tindakan tentara rezim itu dalam menahan sekaligus menyiksa seorang aktivis perdamaian asal Denmark selama 18 hari.
Sumber-sumber yang dipercaya oleh pemerintah Denmark menyebutkan bahwa nyawa sang aktivis itu kini berada dalam bahaya. Seandainyapun nyawanya selamat, warga Denmark itu kemungkinan besar akan menderita cacat fisik dan mental akibat buasnya penyiksaan yang ia terima.
Kasus ini telah membangkitkan protes keras pemerintah Denmark dan sejumlah pemerintahan Eropa lainnya. Berbagai kelompok LSM di Denmark malah mendesak pemerintah Kopenhagen untu mengevaluasi hubungan diplomatik negaranya dengan Israel.
Sebagai langkah awal, Departemen Luar Negeri diminta untuk memulangkan Duta Besar Israel untuk Denmark Karmy Gillon. Lembaga-lembaga tersebut merasa memiliki alasan kuat untuk mempermasalahkan Gillon karena selama ini, ia diketahui memiliki latar belakang militer dan terbukti pernah menjadi algojo di penjara-penjara Zionis yang diisi oleh tahanan-tahanan Palestina.
Dari sangat kerasnya reaksi pemerintah Denmark itu, kasus ini digambarkan seakan-akan sebuah skandal istimewa yang mustahil dilakukan oleh rezim Zionis. Padahal, kalau mau diungkap lebih teliti, penangkapan seorang aktivis asing bukanlah kasus yang pertama kali terjadi. Sejak intifadha Masjidil Aqsha berkobar, hingga kini tercatat sudah 80 aktivis asing yang ditangkap rezim Zionis. Puluhan dari mereka dibebaskan dalam kondisi cedera, dan tiga orang lainnya, termasuk seorang aktivis wanita asal AS bernama Rachel Kori, tewas dalam penahanan.
Saat itupun negara-negara yang warganya ditahan secara ilegal dan buas oleh Israel melontarkan krtitikan kerasnya kepada Tel Aviv, dan selama ini, Israel tidak pernah menanggapi secara serius kecaman-kecaman yang datang itu. Sikap sombong Israel itu tentulah ada penyebabnya. Sebab pertama terkait dengan sangat kuatnya lobi-lobi Yahudi di berbagai pemerintahan dunia, khususnya negara-negara Barat. Sebab yang kedua adalah sikap negara-negara itu sendiri yang tidak pernah mempedulikan berbagai tindakan pelanggaran HAM paling transparan dan paling buas di dunia yang digelar oleh rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina.
Israel sendiri sangat berkepentingan dengan penahanan dan penyiksaan terhadap para aktivis asing itu, meskipun mereka berasal negara-negara sekutu Israel. Pasalnya, keberadaan para aktivis itu di bumi Palestina pastilah sangat berpotensi akan mengungkap berbagai fakta kebiadaban yang dilakukan oleh tentara Zionis terhadap bangsa Palestina.
Sayangnya, para pemimpin dunia cepat tanggap jika yang menjadi korban adalah rakyatnya. Namun jika yang menjadi korban rakyat Palestina, biasanya mereka pura-pura tak mendengar (irib/cha)