Hidayatullah.com–Pemerintah Mesir menangkap 15 anggota Al-Ikhwan Al-Muslimun itu, Rabu (25/05). Penangkapan terakhir itu menambah jumlah anggota Al-Ikhwan Al-Muslimun yang ditahan dalam beberapa pekan belakangan ini menjadi 800 orang lebih.
Referendum Rabu meminta rakyat Mesir untuk memilih Ya atau Tidak mengenai amandemen pasal 76 konstitusi yang membuka jalan bagi lebih dari satu calon untuk (dapat) mencalonkan diri dalam pemilihan presiden.
Pemerintah mengatakan referendum itu sebagai "kesempatan bersejarah" tapi oposisi menyerukan boikot, dan mengatakan amandemen itu sangat kecil untuk memungkinkan kesempatan yang adil bagi seorang calon lain dari orang yang dicalonkan oleh Partai Demokratik Nasional yang berkuasa.
Surat kabat oposisi al-Ahrar melaporkan Selasa bahwa pegawai pemerintah telah diberi "perintah tegas untuk datang kerja" pada hari referendum.
"Pejabat pemerintah telah memerintahkan pegawainya untuk bekerja pada pukul 8 waktu setempat agar supaya mereka semuanya tidak dapat pergi bersama-sama untuk memilih," kata surat kabar itu.
Awal pekan ini, Mufti Besar Mesir Ali Gomaa mengatakan merupakan tugas keagamaan bagi warga untuk mengambil bagian dalam referendum itu.
Sejumlah pejabat pemerintah menyerang orang yang menyerukan pemboikotan, dengan beberapa (pejabat) melukiskan keputusan itu sebagai "keremajaan dan kebangkrutan politik".
"Referendum pura-pura"
Warga Mesir, Rabu (25/5), mengikuti referendum. Pemungutan pendapat rakyat ini bertujuan menentukan perubahan sistem pemilihan presiden dengan kandidat tunggal menjadi pemilihan multikandidat. Namun pelaksanaan referendum ini diwarnai unjuk rasa dari pihak oposisi Mesir.
Saat berdemonstrasi di Kairo, pengunjuk rasa dari kelompok Kifaya menilai, referendum tersebut cuma pura-pura. Sebab, peraturan baru itu justru memastikan Presiden Mesir Husni Mubarak tak mempunyai lawan kuat sebagai kandidat presiden. Ujungnya, Partai Demokrasi Nasional, partainya Mubarak, bakal tetap berkuasa.
Pengunjuk rasa menilai, referendum untuk mengganti sistem pemilihan presiden menjadi multikandidat cuma pura-pura. Sistem ini dikhawatirkan justru membuat Husni Mubarak menjadi calon kuat. Tapi para demonstrans justru dicokok polisi Mesir.
Sebelumnya, kader-kader Al-Ikhwan Al-Muslimun Mesir terus melakukan protes kepada pihak pemerintah sebagai bentuk protes pemerintah negara tersebut yang terus melakukan tindakan sewenang-wenang terutama terhadap kegiataannya. Para anggota organiasi Islam berpengaruh itu melakukan protes dengan slogan anti-Mubarrak yang telah bertangan besi. (bsc/sant)