Rabu, 7 September 2005
Hidayatullah.com—Sebagaimana ditulis koran Independent terbitan London edisi Senin kemarin, pemerintah AS telah memotong dana penanggulangan bencana badai Katrina dan operasi penyelamatan darurat di kota New Orleans untuk membiaya perang di Iraq.
Sebelumnya, pada edisi bulan April 2001 lalu atau saat dimulainya masa pemerintahan Presiden AS, George W. Bush, Independent menulis bahwa Lembaga Menajemen Situasi Darurat AS, telah memperingatkan terjadinya badai yang mematikan di New Orleans. Namun peringatan tersebut tidak diperhatikan oleh pemerintahan Bush.
Sumber tadi menambahkan, badai Katrina telah menyingkap fakta buruk tentang diskriminasi ras di AS.
Saat ini, warga miskin kota di New Orleans terjebak banjir dan mengalami kelaparan. Sementara itu, orang-orang kaya di kota itu telah meninggalkan rumah-rumah mereka sebelum badai Katrina menghempas New Orleans.
Kemiskinan Membengkak
Kota New Orleans terhampar di atas tanah yang berada di bawah permukaan laut. Karena itu, kota ini dibentengi oleh bendungan-bendungan raksasa dari masuknya air laut. Bagian dari dinding bendungan ini sekarang jebol akibat amuk Katrina sehingga air laut masuk.
Akibatnya, kota megah di negara bagian Louisiana itu tergenang dan atap-atap rumah seperti terapung di atas permukaan danau.
Para pejabat setempat menyatakan tidak ada dana untuk memperkokoh bendungan itu karena pemerintah federal mengalami defisit anggaran yang sangat besar akibat perang Iraq.
Akibat tidak adanya keseimbangan dalam bujet nasional, defisit anggaran menggelembung sampai melebihi 430 Dolar AS. Dan dana yang sudah tersedot untuk Perang Afghanistan dan Iraq sudah mendekati angka 300 Dolar AS.
Untuk biaya operasi militer di Iraq, setiap minggunya pemerintah menguras dana sebesar 5,6 milyar Dolar yang diambil dari para pemberi pajak di AS.
Padahal, menurut Badan Pusat Statistik AS, angka kemiskinan di negara ini terus membengkak sepanjang empat tahun berturut-turut.
Ini terjadi karena pemerintah menghentikan sejumlah program kesejahteraan sosial yang sebelumnya telah dinikmati oleh warga yang berpenghasilan rendah. Kebijakan tidak populis itu tetap dijalankan walaupun sudah diprotes oleh berbagai kalangan, termasuk oleh sejumlah tokoh Partai Republik sendiri.
Saat badai Katrina terjadi, pemerintah Washington hanya memanggil pulang sejumlah kecil pilot dan tentara AS dari Iraq untuk membantu proses evakuasi.
Kecilnya jumlah itu tak urung menambah indikasi ketidak seriusan pemerintahan Bush sehingga memperderas arus kecaman publik terhadap Gedung Putih.
Uniknya, dalam beberapa kesempatan ketika diwawancara oleh berbagai media masa, pasukan AS itu menyatakan bahwa kondisi kota New Orleans tak kalah buruknya dengan kondisi Baghdad pasca tumbangnya rezim Saddam.
BBC melaporkan, pasca badai Katrina di New Orleans, Amerika kini mengalami badai politik. Saat ini, Bush tengah menghadapi tekanan dari partai-partai oposisi yang menyoalkan lemahnya kinerja pemerintah AS dalam menanggulangi badai Katrina di New Orleans. (bbc/radio irib)