Jum’at, 23 September 2005
Hidayatullah.com–Menlu Timor Leste Jose Ramos Horta dalam pidatonya pada sesi perdebatan umum Sidang Majelis Umum PBB ke-60 di New York, Rabu (21/09), mengatakan bahwa meskipun mayoritas penduduk negaranya beragama Katolik, Timor Leste tetap memandang perlunya dunia Islam terwakili di Dewan Keamanan.
"Kami tetap yakin Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia, negara demokrasi dan berpenduduk ketiga terbesar di Asia, cocok untuk status anggota tetap tersebut," kata Ramos Horta.
Timor Leste, kata Horta, melihat dengan jumlah total penduduk lebih dari separuh populasi dunia, perimbangan perwakilan Asia di Dewan Keamanan PBB patut diperhitungkan.
Selain dari sudut regional, perwakilan berdasarkan peradaban juga perlu dipertimbangkan.
Timor Leste juga mendukung inisiatif dari G-4 (Jepang, India, Jerman, Brazil) dan yakni keempat negara tersebut memenuhi kriteria dalam keanggotaan tetap Dewan Keamanan PBB.
Mengenai Jepang yang masih ditentang oleh sejumlah negera berkaitan dengan perannya pada Perang Dunia II, Horta mengingatkan bahwa Jepang sudah menembus dosa-dosanya.
Orang-orang yang bertanggung jawab pada Perang Dunia II tersebut sudah diadili di pengadilan militer Tokyo.
Jepang saat ini juga telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi negara-negara sedang berkembang dan juga bagi sistem di PBB.
Dalam pidatonya, Horta juga menyinggung mengenai hubungan persahabatan dengan Indonesia, termasuk pendirian Komite Kebenaran dan Persahabatan untuk meninjau kasus tahun 1999.
Horta menolak anggapan bahwa Timor Leste lebih berkonsentrasi pada hubungan persahabatan dengan Indonesia ketimbang penegakkan keadilan kasus masa lalu sehingga mendorong pengampunan.
"Kami sadar atas keperluan menyelaraskan martabat dan menghormati korban pelanggarakan masa lalu, dan kami yakin bahwa dalam upaya menegakkan keadilan kami harus sensitif pada keperluan membangun keseimbangan antara keadilan secara keseluruhan dan rekonsilitasi nasional," katanya.
Hal tersebut, katanya, demi untuk menghidari berlanjutnya perpecahan dan beresiko makin memperburuk situasi masyarakat di Timor Leste.
Timor Leste juga melihat realitas politik di Indonesia dimana para pemimpinnya telah menunjukkan komitmen pada agenda reformasi.
Ia juga melaporkan tentang peningkatan hubungan dengan Indonesia dan kemajuan penyelesalain masalah perbatasan yang sudah mencapai 90 persen.
"Awal tahun ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan ke Timor Leste, Ribuan orang memenuhi jalan-jalan untuk menyambut kedatangan pemimpin Indonesia tersebut," kata Horta. (ant/sib)