Hidayatullah.com—Sebagaimana dikutip suratkabar Alarab Alyawm, Kamis (19/6), Insiden itu terjadi, Rabu (18/6), di satu konferensi pada Pemenang Hadiah Perdamaian Nobel di kota bersejarah Petra, Yordania.
Peres menyatakan negara-negara Arab bertanggungjawab atas macetnya proses perdamaian dan menyalahkan Presiden Suriah Bashar al Assad karena tidak membicarakan perdamaian antara Israel dan Suriah secara langsung, kata berita suratkabar itu,
Moussa menanggapi dengan marah, dengan menyatakan Israel tidak menanggapi secara positif pada prakarsa perdamaian Arab yang disetujui para pemimpin Arab di Beirut tahun 2002.
Ia mengatakan kegiatan pembangunan permukiman yang terus dilakukan Israel di daerah-daerah Palestina mengubah situasi demografis di lapangan, dan kami tidak dapat mengetahui di mana Anda mengambil tanah kami, kata suratkabar itu.
Mussa mengatakan kepada wartawan kemudian bahwa ia terpaksa menanggapi pernyataan Peres, karena Israel mengelabui negara-negara Arab dengan menyatakan pihaknya telah melakukan usaha perdamaian.
Paling tidak 280 politikus, ahli ekonomi dan ilmuwan selain 30 pemenang Hadiah Nobel ikut serta dalam konperensi yang diselenggarakan dengan tema Advancing Access to Science Education as a Critical Driver of Economic Growth and Social Progress.
Gencatan senjata
Sementara itu, gencatan senjata antara Israel dan gerakan Hamas di Jalur Gaza mulai diberlakukan pukul 06.00 waktu setempat (10.00 WIB) Kamis (19/6).
Tahap pertama gencatan senjata tiga tahap yang ditengahi Mesir itu menetapkan diakhirinya permusuhan antara kedua pihak.
Tetapi hanya beberapa jam sebelum gencatan senjata itu diberlakukan, pasukan Israel menyerang apa yang disebut oleh seorang juru bicara militer di Tel Aviv satu kelompok pejuang di Jalur Gaza yang melancarkaan serangan roket ke negara Yahudi itu.
Laporan-laporan Palestina yang tidak dikonfirmasikan mengatakan seorang pejuang tewas.
Tahap kedua dari gencatan senjata itu akan dimulai setelah kemajuan dalam perundingan mengenai pertukaran tahanan yang akan termasuk pembebasan seorang tentara Israel yang ditangkap oleh Hamas di Gaza dua tahun lalu. Hamas menuntut pembebasan ratusan pejuang Palestina dari penjara-penjara Israel sebagai imbalan bagi pembebasan Kopral Gilad Shalit.
Sebagian bagian dari tahap ini, perlintasan perbatasan Mesir-Gaza Rafah akan dibuka satu atau dua hari seminggu dan Israel akan mengizinkan lebih banyak barang-barang masuk ke Jalur Gaza.
Apabila satu perjanjian tercapai mengenai pembebasan Shalit, tahap ketiga akan dimulai, termasuk pembukaan kembali setiap hari perlintasan Rafah dan pencabutan penuh blokade ekonomi yang dilakukan Israel terhadap Gaza. [dpa/ant/hidayatullah.com]