Hidayatullah. com–Para ulama, anggota parlemen, sampai para ilmuwan Mesir, “kompak” menggugat Menteri Pendidikan Mesir, karena telah memberikan penghargaan kepada Dr. Sayyid Al Qimni, yang berfikiran sekuler dan banyak melontarkan pernyataan yang menyudutkan Islam.
Dr. Nashr Farid Washil, mantan Mufti Mesir mengkritik keras Dr. Faruq Husni, selaku Menteri Pendidikan yang bertanggung jawab atas penyematan penghargaan kepada Sayyid Al Qimni. Ia menilai bahwa pemberian penghargaan itu merupakan “penodaan” terhadap rakyat Mesir yang mayoritas Muslim.
Tidak hanya itu, ia juga mengharuskan kepada Faruq Husni untuk mencabut kembali penghargaan itu dari tokoh sekuler yang pernah menyatakan bahwa Islam adalah agama yang dipalsukan oleh Bani Hasyim, untuk bisa menguasai suku Quraish dan terang-terangan hendak mengubah Pasal 2 Undang-Undang Mesir yang menyebutkan bahwa Syariat Islam adalah sumber hukum.
Para ulama yang tergabung dalam Jabhah Ulama Al Azhar juga mengeluarkan pernyataan pada tanggal 8/7/2009, menukil perkataan Ibnu Abbas, “Barang siapa bersopan santun kepada ahlul bid’ah, maka ia telah ikut membantu menghancurkan Islam.” Jabhah melihat bahwa Al Qimni bukan lagi ahlul bid’ah, tapi sudah kufur.
Jabhah menunjukkan salah satu pernyataan Al Qimni dalam salah satu bukunya, yang diserahkan kepada Kementerian Pendidikan untuk dinilai hingga ia mendapatkan penghargaan, “Muhammad telah menikmati keamanan keuangan karena menikahi janda Khadijah, setelah ia menipu ayahnya, hingga hilang kesadaran setelah diberi minum khamr.”
Syeikh Yusuf Badri, anggota Majelis Tinggi Urusan Agama Mesir juga ikut mengambil sikap. Ia mengadukan Menteri Pendidikan ke pengadilan perdata, agar mencabut kembali penghargaan dan uang sebesar 200 ribu pund Mesir atau kurang lebih sebanyak 366 juta rupiah, yang telah diberikan kepada Al Qimni.
Yusuf Badri juga menuntut agar penghargaan yang diberikan kepada Hasan Hanafi, yang juga tokoh sekuler Mesir ikut dicabut, karena kesalahan pemikiran dalam masalah akidah, yang juga mengingkari masalah ghaib.
Tidak hanya para ulama, organisasi gerakan Jama’ah Islamiyah Mesir pun ikut mengeluarkan pernyataan lewat situsnya, yang menyebutkan bahwa Faruq Husni sudah tidak layak lagi menjabat Menteri Pendidikan untuk “negeri Al Azhar” ini. Pihak jama’ah juga mempertanyakan, sumbangan pengetahuan yang diberikan Al Qimni hingga ia terpilih dan mendapat penghargaan.
Dr. Hamdi Hasan, anggota parlemen dari Al Ikhwan Al Muslimun juga mengkritik Menteri Faruq Husni, karena peristiwa seperti ini telah terjadi berulang-ulang.
Para ilmuwan juga mempertanyakan, kenapa Al Qimni yang memperoleh penghargaan, padahal menurut mereka, tidak ada sumbangan apa-apa yang diberikannya. Dr. Rafiq Habib, ahli politik dan sosiologi menyebutkan bahwa penghargaan yang diberikan Majelis Tinggi Pendidikan bukan karena prestasi, tapi karena kedekatan dengan instansi tersebut.
Ia juga menyebutkan bahwa beberapa tahun lalu, yang memperoleh penghargaan malah mereka yang bekerja di Majelis Tinggi Pendidikan.
Sedangkan Dr. Hujaji Ibrahim, profesor sejarah di Universitas Thantha menyebutkan bahwa sejumlah nama yang tercatat sebagai nominator peraih penghargaan adalah pegawai yang dekat dengan Majelis Tinggi Pendidikan, bahkan pernah terjadi peraih penghargaan adalah jurinya sendiri. [tho/alms/arby/hidayatullah.com]
keternagan gambar: Al qimni