Hidayatullah.com–Menteri Wakaf Mesir Prof. Dr. Mahmoud Hamdi Zaqzouq menegaskan, negaranya senantiasa berusaha untuk membuat undang-undang yang tidak bertentangan, bahkan selaras dengan ruh ajaran Islam dan Syari’ah Islamiyyah. Zaqzouq menegaskan, bahwa pemerintahan Mesir telah menetapkan hukum Islam sebagai rujukan utama dalam penentuan undang-undang.
“Kami senantiasa berupaya, dalam setiap membuat undang-undang, untuk senantiasa berselaras dengan ajaran dan syariat Islam, dan tidak bertentangan dengannya. Undang-undang utama (dustur) Mesir sendiri menegaskan dengan sangat jelas, bahwa syariat Islam adalah sumber utama dalam penentuan setiap undang-undang cawangan (qanun),” tegas Zaqzouq.
Sebagaimana dilansir harian Mesir Akhbar al-Youm (13/7), Zaqzouq menegaskan, cakupan syariah Islam sangat luas dan multi dimensi. Syariat Islam juga bersifat luhur, serta tidak terbatas hanya pada masalah hudud, semisal potong tangan, hukum pancung, cambuk, dan juga rajam.
“Penyempitan makna syariat Islam hanya kepada masalah hudud adalah pandangan yang qashir (pendek) terhadap esensi ajaran Islam. Syariat Islam sendiri memiliki beberapa maqashid yang luhur, yakni menjaga dan memelihara jiwa, harta, akal, agama, dan nasal (keturunan),” terang mantan Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar ini.
Ditambahkan Zaqzouq, penyempitan makna juga kerap terjadi pada istilah jihad. Diterangkannya, jihad dalam mafhum islami adalah upaya menolak dan menghalau, musuh serta menolong dan memenangkan pihak yang terzalimi, bukan mencuatkan permusuhan terhadap suatu pihak, atau mengumumkan. perang terhadap dunia secara keseluruhan.
Agama dan peradaban Islam, demikian Zaqzouq, mampu menebar dan abadi di semua penjuru dunia berkat ajaran-ajarannya yang luhur dan mulia, dan bukan dengan pedang dan kekerasan, sebagaimana dituduhkan oleh orang-orang yang antipati terhadap Islam. [atj/abr/hidayatullah.com]