Hidayatullah.com—Sektor keuangan syariah diprediksi tumbuh dua kali lipat dibandingkan bank konvensional. Total aset bank syariah tahun ini diperkirakan mencapai USD1 triliun.
Total aset dibandingkan kewajiban pada 2009 tumbuh 4,2%, menjadi USD410 miliar. Bank syariah semakin luas diterima dan memiliki daya tarik sebagai investasi yang lebih etis, menjadikan industri ini tumbuh dua kali lipat dibandingkan konvensional.
Menurut Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Lim Hng Kiang saat membuka World Islamic Banking Conference Asia Summit, seperti dikutip dari Channel News Asia, sama dengan bank konvensional, beberapa waktu lalu bank syariah juga mengalami penurunan akibat krisis keuangan global.
“Namun, popularitas bank syariah terus menanjak. Secara umum, outlook keuangan syariah tetap positif,” ujar Lim yang juga menjabat sebagai Ketua Otoritas Moneter Singapura (MAS) ini.
Lim menambahkan, sebagai hub keuangan dunia, Singapura siap membantu mempromosikan keuangan syariah. Timur Tengah (Timtem) dan Asia dapat saling bekerja sama untuk mengembangkan dan mengeksplorasi keuangan syariah untuk keuntungan bersama.
Dia menilai, Singapura bisa mengikuti langkah Uni Emirat Arab (UEA) menggarap pasar keuangan syariah. Gubernur Bank Sentral UEA Sultan Bin Nasser Al Suwaidi memaparkan, perbankan syariah UEA ditargetkan tumbuh 4% pada 2010 dan 2011.
Total simpanan UEA tumbuh 6,4%, menjadi USD266,8 miliar, dan jumlah pinjaman meningkat 4,1%, menjadi USD275 miliar.
Pertumbuhan aset juga terjadi di perbankan syariah di Bahrain menjadi USD26 miliar pada 2009. Pada 2000,aset perbankan syariah di Bahrain hanya USD2 miliar.
Pangsa pasar bank syariah juga naik dari 1,8% pada 2000 menjadi 11% pada 2009. Gubernur Bank Sentral Bahrain Rasheed Mohammed Al Maraj berpendapat, industri keuangan syariah lebih tahan dibandingkan konvensional saat menghadapi krisis keuangan global tahap pertama (2007–2009).
Sebab, perbankan syariah tidak berinvestasi di produk-produk keuangan beracun.
“Meskipun begitu, industri keuangan syariah tetap harus belajar dari krisis keuangan global,” ujar Al Maraj.
Al Maraj menilai, perbankan syariah tetap harus mengantisipasi krisis keuangan global tahap kedua. Sebab, krisis kedua ini akan memberikan dampak besar kepada sektor keuangan syariah.
Krisis tahap kedua akan mengurangi likuiditas di semua pasar dalam jumlah yang besar dan pelemahan ekonomi global akan menurunkan tingkat kelayakan semua kreditur, termasuk nasabah institusi keuangan syariah.
“Prinsip keuangan, yaitu jangan berkonsentrasi kepada risiko dan jangan tergantung pada jaminan yang memiliki valuasi tidak realistik diterapkan pada institusi syariah dan konvensional,” ujar Al Maraj.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut Al Maraj, para praktisi harus bekerja untuk memastikan bahwa fondasi industri keuangan syariah cukup kuat untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya, sehingga lebih tahan saat menghadapi krisis tahap kedua.
Pakar berpendapat, daya tarik keuangan syariah atas nasabah nonmuslim terus meningkat. Keuangan syariah Asia diprediksi tumbuh 10% selama 12 bulan mendatang. Praktisi perbankan yakin, industri keuangan syariah akan terus menarik nasabah baru.
Perkembangan ini memberikan konsekuensi bagi bank sentral dan pakar untuk mengantisipasi risiko ke depan.
Mereka harus memperbaiki kerangka regulasi dan pengawasan sehingga institusi keuangan syariah lebih tahan dalam menghadapi risiko di kemudian hari. [cna/sin/hidayatullah.com]