Hidayatullah.com–para aktivis antiperang yang rumah atau kantornya digerebek FBI terkait investigasi pendanaan terorisme, menolak bersaksi di hadapan para juri sebagaimana diperintahkan.
Para pengacara dari ke-14 aktivis yang dipanggil untuk bersaksi telah mengkoordinasikan tanggapan mereka sejak penggerebekan tanggal 24 September lalu dan sepakat bahwa para kliennya tidak akan berbicara di pengadilan. Demikian keterangan dari Melinda Power, pengacara bagi pasangan suami-istri asal Chicago yang rumahnya diselidiki FBI, sebagaimana dilansir AP.
Para agen intelijen menyisir tujuh rumah dan satu kantor di Minneapolis dan Chicago.
“Mereka merasa juri sekarang ini, dan selama ini, sebagai sebuah alat untuk mengganggu para aktivis,” ujar Power, Selasa (5/10).
Sebagian para aktivis antiperang menolak untuk bersaksi karena mereka tidak ingin menjadi bagian dari apa yang mereka pandang sebagai tindakan mengekang kebebasan berbicara dan berkumpul, kata Jess Sundin asal Minnesota yang rumahnya digeledah.
“Kami merasa alasan kami dipanggil dan dicari adalah karena kerja kami dalam gerakan antiperang yang sangat sah dan dilindungi secara konstitusional,” ujar wanita itu.
Sekitar 50 aktivis antiperang hari Selasa (5/10) menggelar protes di luar Gedung Federal Dirksen di Chicago, tempat di mana para juri berkumpul.
“Kami tidak akan tinggal diam,” seru Stephanie Weiner di hadapan para pemrotes. Dia dan suaminya, Joe Losbaker adalah aktivis asal Chicago yang rumahnya juga menjadi sasaran penyelidikan intel.
Beberapa surat panggilan untuk bersaksi di pengadilan memerintahkan agar saksi hadir di dalam sidang sebelum tanggal 5 Oktober. Sundin yang mendapat subpoena untuk tanggal 12 Oktober mengatakan bahwa para aktivis juga mengirimkan surat terpisah kepada jaksa yang menyatakan tidak akan bersaksi.
Randall Samborn, jurubicara kantor Kejaksaan AS di Chicago menolak untuk memberikan komentar atas hal tersebut.
Sebagian pengamat hukum mengatakan, para aktivis terancam masuk bui akibat keputusan mereka itu.
“Tidak mungkin jaksa akan diam saja jika mereka terus menolak,” kata Gal Pissetzky, seorang jaksa di Chicago yang tidak menangani kasus tersebut.
Langkah selanjutnya diperkirakan pemerintah akan mengeluarkan subpoena baru, namun ditambah dengan jaminan imunitas. Jika mereka masih menolak, maka hakim bisa menjeratnya dengan pasal penghinaan terhadap pengadilan.
Hal yang menjadi pertanyaan kunci adalah apakah ada di antara para aktivis yang memang menjadi target utama jaksa penuntut, atau jaksa hanya sekedar menginginkan mereka menjadi saksi yang memberatkan bagi target lain yang lebih besar dan paling utama.
Sebagaimana dilansir AP, segera setelah penggeledahan, jurubicara FBI Steve Warfield mengatakan bahwa biro intelijennya sedang mencari bukti-bukti terkait “aktivitas yang menunjukkan dukungan materi untuk terorisme.”
Namun menurut Sundin, tidak ada yang memberitahu mereka siapa sebenarnya yang menjadi fokus utama penyelidikan dan siapa yang bukan. Sehingga salah-salah mereka justru membahayakan dirinya sendiri, masuk dalam perangkap.
“Hanya ada Anda, jaksa dan juri,” ujar Sudin. “Jadi, itu situasi yang sangat genting bagi siapapun yang berada di dalamnya.”
Meredith Aby yang dipanggil untuk bersaksi hari Selasa (5/10), tapi menolak hadir, juga mengatakan bahwa juri tidak adil.
“Saya kira mereka menggunakan taktik yang sungguh sangat represif dan tidak demokratis,” tegasnya.
Menurut Amandemen Kelima, seseorang berhak untuk menolak bersaksi jika dikhawatirkan akan membahayakan dirinya, tanpa dianggap melakukan penghinaan atas pengadilan, kata Pissetzky. Namun jika dijamin imunitasnya mereka harus menjawab pertanyaan di pengadilan.
Para aktivis yang diwawancarai wartawan menyangkal bahwa mereka telah memberikan uang kepada teroris.
Rumah dua aktivis antiperang kawakan asal Minneapolis, Mick Kelly dan Meredith Aby, juga menjadi sasaran penggeledahan FBI bulan lalu.
Surat izin penggeledahan atas rumah Kelly menyebutkan bahwa para petugas mencari bukti-bukti dari perjalanan yang dilakukannya sebagai aktivis di Freedom Road Socialist Organization dan juga informasi apapun dalam perjalanannya ke Kolombia, wilayah Palestina, Yordania, Suriah serta Israel.
Ada dua kelompok yang menggunakan nama
Freedom Road Socialist Organization, satu di Chicago dan satunya di New York. Mereka berpisah sejak beberapa tahun lalu, dan kelompok yang di New York kabarnya tidak menjadi sasaran penyelidikan intelijen.
Dalam subpoena yang diterimanya, Kelly juga diperintahkan untuk membawa dokumen yang berkaitan dengan Timur Tengah dan Kolombia, termasuk catatan apapun tentang pemberian uang kepada Hatem Abudayyeh.
Tapi subpoena itu tidak menerangkan lebih lanjut tentang siapa Hatem Abudayyeh.
Fightback!, sebagaimana dilansir AP, pernah mewawancarai dan memuat artikel Hatem Abudayyeh yang disebut sebagai direktur eksekutif dari Arab American Action Network yang bermarkas di Chicago.
Ketika dihubungi lewat telepon kantornya hari Selasa (5/10), mesin penjawab Abudayyeh mengatakan voicemail-nya telah penuh. Beberapa aktivis mengatakan bahwa telepon genggam milik mereka sudah disita oleh FBI.[di/ap/hidayatullah.com]
Foto: Para aktivis memprotes FBI atas penggeledahan rumah dan kantor mereka (AP)