Hidayatullah.com–Meskipun demonstran mendapat tindakan keras sampai menumpahkan darah, perjuangan revolusi pengunjuk rasa pro-demokrasi Libya tampaknya akan mencapai tujuannya setelah menguasai ibukota, Tripoli.
Para pengunjuk rasa menyerang markas besar televisi negara semalam dan membakar kantor Komite Rakyat yang mengendalikan pemerintahan. Demikian Press TV melaporkan Senin (21/2).
Tembakan terdengar di Tripoli. Beberapa sumber mengatakan, pemimpin Libya Kolonel Muammar Gaddafi berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya, di tengah protes di ibukota Libya dan pembangkangan sejumlah diplomat senior.
Laporan juga mengatakan, pasukan keamanan menewaskan puluhan orang di kota kedua terbesar, Benghazi.
Sementara itu, laporan yang belum dikonfirmasi menyatakan, Gaddafi telah meninggalkan negara.
Putra Gaddafi, Seif al-Islam, telah memperingatkan akan terjadinya perang saudara di negeri itu. Dia bersumpah bahwa rezim akan “berjuang sampai peluru terakhir” melawan “elemen durhaka.”
Informasi terbaru menyatakan, jumlah korban tewas dari bentrokan di revolusi besar Libya melawan Gaddafi yang cukup lama berkuasa, mendekati 300 orang.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Demonstran menuntut pengusiran terhadap pemimpin Libya, yang telah berkuasa selama lebih dari 40 tahun.
Gelombang revolusi saat ini sedang berlangsung di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk menyingkirkan rezim-rezim otokratik, yang selama ini sebenarnya didukung oleh Amerika Serikat.*