Hidayatullah.com–Militer AS meminta maaf atas penderitaan yang disebabkan oleh foto pasukan AS yang berpose dengan mayat penduduk sipil Afghan yang dipublikasikan oleh sebuah majalah.
Dalam pernyataan terbarunya, militer AS mengatakan foto di majalah Rolling Stone itu mengganggu dan bertentangan dengan kondisi sebenarnya.
Menurut, editor eksekutif majalah Rolling Stone, Eric Bates, majalah itu memuat 150 foto dan 17 dipublikasikan di situs mereka.
Selain itu, juga mempublikasikan dua video yang menunjukan serangan AS terhadap Afghan.
Bates tidak menyebutkan bagaimana majalah itu mendapatkan foto-foto tersebut.
Menanggapi publikasi itu, Militer AS mengatakan hal itu menganggu.
“Publikasi foto oleh Rolling Stone menganggu dan bertentangan dengan standar dan nilai-nilai yang dipegang militer AS, “kata pernyataan itu.
“Seperti foto-foto yang dipublikasikan oleh Der Spiegel, Militer meminta maaf atas penderitaan yang terjadi yang disebabkan foto-foto itu.”
Foto-foto itu diduga diambil oleh oknum unit militer AS di Afganistan pada 2010.
Pembunuh
Seperti diketahui, belum lama ini media massa Jerman Der Spiegel hari Ahad (20/3) memasang foto tentara AS anggota “pasukan pembunuh” sedang berpose dengan mayat-mayat warga sipil Afghanistan yang mereka bantai.
Dalam foto yang disertai artikel berisi cerita terkait gambar itu, terlihat tentara AS sedang tersenyum sambil menjambak rambut untuk menarik kepala mayat seorang pria yang tergeletak. Korban yang diidentifikasi bernama Gul Mudin tampak setengah telanjangi, baju kaosnya diangkat ke atas, sedang bagian pantatnya hanya ditutupi sekedarnya.
Foto lainnya menampakkan dua mayat warga Afghanistan diikat ke sebuah tiang dengan tangan diborgol dan kaki salah seorang di antaranya terikat.
Tentara yang terlihat dalam gambar, Jeremy Morlock dan Andrew Holmes didakwa membantai warga sipil Afghanistan tak berdosa pada tahun 2010.
Der Spiegel mengaku memiliki lebih dari 4.000 foto dan video terkait insiden pembantaian warga sipil Afghanistan.
Al-Jazeera menulis (21/3), foto-foto tersebut dilindungi oleh perintah pengadilan militer yang melarang penyebarannya, tidak jelas bagaimana Der Spiegel bisa mendapatkan foto-foto tersebut.
Sebagaimana dilansir New York Daily News (20/3), pihak militer AS buru-buru minta maaf atas foto itu dan menyebut tindakan seperti dalam foto-foto yang ditampilkan Der Spiegel itu tidak sesuai dengan standar dan nilai militer AS.*