Hidayatullah.com–Suriah menuding Amerika Serikat ikut rampur urusan dalam negeri mereka, setelah Dubes AS untuk negara itu mengunjungi kota Hama untuk ikut berdemonstrasi.
“Kehadiran Dubes AS di Hama tanpa minta izin jelas merupakan bukti nyata keterlibatan Amerika Serikat dalam kerusuhan yang berlangsung serta upaya mereka untuk meninggikan ketegangan, sehingga merusak keamanan dan stabilitas Suriah,” demikian bunyi pernyataan dari Kementrian Luar Negeri setempat sebagaimana dikutip BBC (08/7).
Sebelumnya Kementrian Luar negeri AS mengatakan kunjungan Ford adalah untuk menunjukkan solidaritas terhadap peserta protes.
Ratusan warga Hama mengungsi karena mengkhawatirkan kekerasan dari pasukan militer Suriah. Menurut Washington, Ford berharap bisa tetap berada di Hama untuk ikut ambil bagian dalam aksi protes anti pemerintah yang biasanya dimulai setelah ibadah shalat Jumat.
Aksi protes di Hama hari Jumat pekan lalu (01/07) adalah aksi terbesar dalam tiga bulan kerusuhan akibat gelombang aksi demo di seluruh Suriah. Tank disiagakan di luar kota dan sedikitnya 22 orang tewas tertembak beberapa hari terakhir.
Sehari berikutnya, Presiden Assad memberhentikan Gubernur Ahmad Khaled Abdel Aziz yang memerintah Hama, setelah dikabarkan gagal memberangus aksi protes.
Pasukan keamanan dikirim ke lokasi Senin lalu dalam upaya mengambil alih kendali atas kota, meski tank tetap berjaga dari luar.
Kamis (07/07) kemarin, warga memblokade jalan-jalan dengan ban yang dibakar untuk menghalangi jalanya bus yang mengangkut para tentara, kata sejumlahs aksi mata.
Tahun 1982, Hama juga menjadi lokasi kekerasan terhadap kelompok yang menentang mendiang ayah Presiden Assad, Hafez al-Assad.
Menurut kelompok oposisi sudah lebih dari 1.300 pendukung aksi protes tewas di seluruh penjuru negeri setelah gelombang demonstrasi melanda Suriah sejak Maret lalu.*