Hidayatullah.com–Pejabat polisi Norwegia mengatakan, tersangka pelaku pemboman di pusat kota dan pembantaian di pulau Utoya adalah penganut Kristen fundementalis.
Tanpa menjelaskan lebih rinci, Roger Andersen dari kepolisian setempat mengatakan, pelaku pernah memuat posting di situs yang berkaitan dengan kelompok sayap kanan Kristen fundamentalis yang dikenal sangat anti-Islam.
Sebagaimana dilansir Associated Press (23/7), Kepala Kepolisian Norwegia Sveinung Sponheim kepada radio publik NRK mengatakan, dilihat dari posting yang dimuatnya di internet, pelaku penembakan “memiliki pandangan politik yang cenderung ke kelompok sayap kanan dan anti-Muslim.”
Menurut polisi, aksi teror di Norwegia itu diawali pada hari Jum’at siang (22/7) di ibukota Oslo, ketika sebuah ledakan bom mengguncang kawasan jantung kota Norwegia itu. Sekitar dua jam kemudian, terjadi penembakan di pulau Utoya, di tempat organisasi pemuda yang merupakan sayap Partai Buruh melakukan aktivitas perkemahan di alam terbuka.
Hingga saat ini 91 orang dilaporkan tewas, dan diyakini jumlah itu akan terus bertambah karena polisi masih terus melakukan pencarian di reruntuhan gedung di Oslo dan di pulau Utoya.
Menurut saksi mata di sekitar tempat kejadian di kota Oslo mengatakan, korban-korban yang selamat muncul dari reruntuhan gedung dengan berselimut debu dan pasir sisa-sisa tembok bangunan yang hancur.
Sementara di pulau Utoya suasananya lebih mencekam.
“Saya melihat banyak mayat,” kata Elise, gadis yang tidak diperbolehkan menyebutkan nama belakangnya itu.
“Pertama-tama dia (pelaku) menembaki orang-orang yang ada di pulau. Setelah itu dia menembaki orang-orang yang ada di laut,” cerita Elise, gadis berusia 15 tahun.
Kata Elise, dia bersembunyi di sebuah karang yang sama dengan tempat pelaku berdiri. “Saya bisa mendengar suara napasnya.”
Begitu ketakutannya, menurut saksi lain sebagian orang ada yang berpura-pura mati agar tidak jadi menjadi sasaran tembak.
Pelaku penembakan yang berhasil membunuh sedikitnya 80 orang itu mendekati korbannya dengan berpura-pura sebagai polisi.
Dengan berpakaian polisi, dia memanggil orang-orang yang berada diperkemahan. Begitu mereka mendekat, pelaku lantas menembaki mereka.
Menurut saksi yang berlindung di desa terdekat Sundvollen, untuk memastikan korbannya tewas, pelaku menembak korbannya dua kali.
“Saya kehilangan banyak teman,” kata Berzingi yang celananya berlumuran darah. Dia menggunakan telepon genggam milik temannya yang jadi korban untuk menghubungi polisi.
Ketika polisi datang ke tempat kejadian di Utoya untuk pertama kalinya, pelaku penembakan sudah beraksi selama 90 menit.*