Hidayatullah.com–“Sepuluh tahun setelah 9/11, orang Amerika bergulat dengan isu keamanan, toleransi dan pluralisme — masalah yang intnya mempertanyakan apakah artinya menjadi warga Amerika,” kata Dr. Robert P. Jones, CEO Public Religion Reseach Institute (PRRI).
“Orang Amerika mengakui prinsip-prinsip dalam Amandemen Pertama dan menghormati perbedaan, tapi mereka tdak selalu menerapkan prinsip-prinsip ini secara adil atau konsisten, terutama terhadap Muslim Amerika dan imigran,” lanjut Jones, sebagaimana dilansir Christian Post (07/9).
Survei yang dilakukan PRRI pada bulan Agustus kemarin menanyai orang-orang Amerika, apakah mereka merasa Muslim Amerika sebagai bagian penting dari komunitas agama di Amerika Serikat dan apakah mereka lebih menyukai kelompok agama tertentu atau tidak.
Hasilnya, banyak orang Amerika yang merasa tidak nyaman dengan keberadaan Muslim di sekitar mereka. Sebanyak 46 persen mengatakan tidak senang dengan masjid yang dibangun dekat rumah mereka.
Islam dinilai oleh 47 orang Amerika sebagai agama yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bangsa mereka. Sebanyak 48 persen mengatakan tidak suka melihat perempuan Muslim yang mengenakan burqa.
Orang Amerika yang setuju bahwa terlalu banyak orang Amerika yang menilai semua Muslim adalah teroris juga tinggi angkanya, yaitu 60 persen.
Ada juga yang suka dengan kelompok Muslim Amerika, tetapi jumlahnya tidak signifikan, yaitu hanya 58 persen. Dan cuma 54 persen yang menilai Muslim Amerika adalah bagian penting dari komunitas agama di Amerika Serikat.
Sementara itu berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Fox News, sebanyak 52 persen pemirsa mereka setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa Muslim Amerika berusaha menerapkan hukum syariah.
Hal yang menarik adalah bahwa orang Amerika benar-benar punya sentimen keagamaan dengan Muslim.
Lihat saja, sebanyak 83 persen orang Amerika meyakini, bahwa orang yang mengaku Kristen dan melakukan tindak kekerasan atas nama Kristus adalah bukan penganut Kristen yang sebenarnya. Sementara itu, kurang dari separuh (48 persen) yang meyakini bahwa Muslim pelaku kekerasan atas nama Islam adalah Muslim.yang sebenarnya.
Dengan kata lain, jika pelaku kekerasan itu mengaku beragama Kristen, orang Amerika menganggap si pelaku adalah bukan penganut Kristen sejati. Sementara jika pelakunya adalah Muslim, maka kebanyakan orang Amerika yakin bahwa mereka adalah Muslim sejati.
Terkait masalah keamanan, 53 persen responden merasa mereka lebih aman dari terorisme dibanding sebelum serangan 9/11 terjadi. Tapi anehnya, 77 persen warga Amerika itu merasakan kebebasan pribadi mereka berkurang.
Lebih lucu lagi, hanya 21 persen warga Amerika yang merasa negaranya sekarang ini lebih dihormati di dunia. Sepertinya mereka benar-benar menyadari bahwa Amerika Serikat dikecam di mana-mana sekarang ini.
Hanya 53 persen yang menilai pendatang asing memperkuat masyarakat Amerika. Sementara 42 persen lainnya menilai para pendatang baru mengancam nilai-nilai dan kebiasaan dari kebudayaan tradisional Amerika Serikat.
Survei yang dilakukan PRRI itu dilakukan dengan 2.450 wawancara telepon yang menggunakan dua bahasa, Inggris dan Spanyol. Responden yang mengaku Kristen konservatif sebanyak 42 persen, 30 persen mengaku pernah berkomunikasi dengan warga Muslim, 14 persen mengaku tahu banyak tentang ajaran agama serta ibadah Muslim dan 57 persen mengaku agama adalah bagian penting dalam hidup mereka.*