Hidayatullah.com–Setelah tumbangnya Muammar Qaddafi dan Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) menguasai keadaan di negara itu, terutama Tripoli, negara-negara Barat berlomba mengirimkan utusannya untuk menguasai sumber-sumber minyak Libya.
Negara-negara yang mengaku sebagai pembela HAM dan mendukung terciptanya demokrasi di Libya, pada masa kepemimpinan Qaddafi juga memberikan dukungan politik dan keamanan demi mengeruk cadangan minyak Libya.
Dalam kerangka itu, Wakil Menteri Luar Negeri AS Urusan Timur Dekat, Jeffrey Feltman, kemarin, Rabu, (14/09/2011) melakukan kunjungan satu hari ke Tripoli untuk bertemu dengan Ketua NTC Mustafa Abdel Jalil.
Ini merupakan kunjungan pertama seorang pejabat senior Amerika ke Libya pasca lengsernya Qaddafi.
Satu hari setelah lawatan utusan Amerika, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Inggris David Cameron, Kamis (15/09/2011) dijadwalkan juga bertolak ke Tripoli.
Di saat media-media Barat berbicara tentang kunjungan Sarkozy ke Tripoli, sumber-sumber yang dekat dengan pejabat baru Libya tidak memberi kepastian tentang lawatan tersebut.
Media-media Barat bahkan melaporkan tentang pengiriman 160 personil polisi Prancis ke Libya untuk membantu mengawal kunjungan Sarkozy.
Prancis adalah salah satu negara pertama yang mendorong intervensi militer oleh pasukan NATO dan yang pertama mengakui NTC sebagai wakil sah rakyat Libya.
Sarkozy dan Cameron serta pemimpin lain dari koalisi, menjanjikan dukungan ekonomi dan militer kepada pemerintahan baru Libya awal bulan ini.*