Hidayatullah.com–Bentrokan petugas keamanan dengan penganut Kristen Koptik Mesir pecah di depan gedung televisi Mesir, Maspero, di Corniche El-Nil, Ahad malam (9/10/2011). Setidaknya 24 orang tewas dan sekitar 200 orang luka-luka akibat bentrokan tersebut.
Bentrokan ini terjadi setelah aksi unjuk rasa di Kairo yang mengkritik serangan terhadap satu gereja di propinsi Aswan.
Sebelum aksi demonstrasi di Kairo, ratusan orang Koptik di salah satu desa di Aswan juga berdemonstrasi menuduh umat Muslim merusak gereja mereka.
Namun setelah ditindaklanjuti, sebenarnya tidak ada gereja resmi di desa tersebut. Dan orang-orang Koptik telah mengubah sebuah gedung pertemuan menjadi gereja dengan memalsukan dokumen resmi gedung tersebut. Hal ini dinyatakan langsung oleh Gubernur Provinsi Aswan.
Amerika Coba Ambil Hati
Usai pecahnya peristiwa berdarah itu, dilaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dalam sebuah wawancaranya dengan CNN menawarkan perlindungan militer dan bantuan oleh pasukan Amerika untuk melindungi tempat ibadah dan daerah vital Koptik Mesir.
“Kami menawarkan perlindungan dan bantuan pasukan Amerika kepada Dewan Militer, untuk melindungi tempat ibadah dan daerah Koptik di Mesir,” kata Clinton kepada CNN melalui saluran telepon.
Namun pernyataan Clinton tersebut dibantah oleh salah seorang sumber pejabat Amerika. Seperti dikutip oleh kantor berita Timur Tengah, sumber tersebut menekankan bahwa tawaran Washington itu tidak benar.
Sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan ini menegaskan bahwa pemerintah Amerika Serikat belum memutuskan sikap resmi mengenai tragedi Maspero.
Dalam sidang kabinet darurat, Perdana Menteri Mesir Essam Syaraf mengatakan bahwa ketidakrukunan Muslim dan Kristen Koptik ini dapat mengancam keamanan negara.
Sementara itu, Grand Syeikh Al-Azhar Dr. Ahmad Tayyib menyerukan agar kedua tokoh agama dari Islam dan Kristen Koptik bertemu membahas konflik tersebut.*