Hidayatullah.com—Dentuman musik diiringi lampu warna-warna biasanya hanya terjadi di diskotik. Tapi yang ini lain. Sebuah geraja All Saints di Stockholm, Swedia menyulap altar menjadi lantai dansa dan tempat disco.
Selain lampu disko yang berkilat-kilat, kebaktian juga dilakukan dengan iringan musik techno.
Sekelompok muda-mudi menari dari arah pintu depan. Jemaat bersorak, beberapa mengeluarkan siulan keras. Dentuman musik keras, diikuti lenggokan para jemaat, Sebelum pendeta menyampaikan siraman rohani.
Pemandangan ini, rutin ditemukan setiap pekan di Gerja All Saints. Ide gila ini dicetuskan pertama kali oleh pendeta Olle Idestrom. Ini adalah upaya terbaru gereja tersebut untuk menarik anak-anak muda, setelah kehadiran mereka mengikuti kebaktian terus berkurang selama beberapa dekade.
Olle Idestrom mengatakan sudah mengorganisasikan acara ini kedua kali.Ia mengatakan, umpan balik acara ini cukup positif.
“Sudah ada misa hip hop, ada misa rock dan jazz,” kata pendeta berumur 28 tahun ini dikutip laman usatoday.com.
Tak seperti gereja umumnya di Swedia, di mana beberapa bangku gereka terlihat kosong, Idestrom harus berpaling dengan konsep Misa techno pertama di bulan April.
Ada tempat duduk ekstra pada Jumat malam yang memiliki kapasitas 400 kursi.
Layanan ini dimulai dengan musik organ dan paduan suara tapi segera masuk pada music techno disusul tepukan keras, teriakan dan sorak-sorai. Orang-orang melompat dan menari di kursi mereka, sementara lampu disko berputar-putar di atas langit-langit.
“It was superfun, benar-benar menendang, saya belum terfikir akan baik seperti ini sebelum saya datang,” ujar Ella Schwarz (15). Sementara itu, seorang pengacara bernama Caterine Hogman (46), mengatakan dirinya terkesan dengan ide gereja melakukan sesuatu yang positif bagi kaum muda.
Olle Idestrom mengaku, tanpa melakukan terobosan apapun, kaum muda makin enggan mendatangi kebaktian di gereja. Karena itulah bersama aktivis gereja lain, ia mengganti model misa yang dinilai tradisional. Bahkan Himne rohani pun diaransemen ulang musiknya.
“Kita perlu mengembangkan layanan, karenanya kami membuat kebaktian khusus bagi anak muda, khususnya yang suka aliran musik techno,” katanya.
Alhasil, dari mulut ke mulut, gereja ini kian populer di kalangan anak muda kota itu. Hingga tiap waktu kebaktian, selalu dipadati jemaat.
Hanya saja, hal seperti ini tak bisa terjadi di masjid, di mana Islam mengajarkan adab dan tata cara memasuki rumah Allah Subhanahu Wata’ala. Bahkah adab masuk dan keluarnya sekalipun, Islam telah memberikan panduannya.*