Hidayatullah.com–Partai Salafy An Nur tercatat berkali-kali mengeluarkan pernyataan minta maaf melalui juru bicara resminya Nadir Bakar atas tindakan yang dilakukan oleh anggotanya di parlemen.
Bawabah Al Ahram (5/3/2012) mencatat bahwa dalam waktu kurang lebih 40 hari, Nadir Bakar telah meminta maaf 6 kali karena tindakan yang dilakukan enggotanya di parlemen. Permintaan maaf pertama dilakukan setelah Muhammad Musthafa menuduh para demonstran yang berdemonstrasi di depan Kementerian Luar Negeri sebagai antek asing, hingga hubungan An Nur dan demontran kurang membaik. Akhirnya Nadir Bakar menyampaikan permintaan maaf dengan menyatakan bahwa tuduhan itu bukan sikap resmi An Nur di parlemen dan pihaknya menolak tuduhan itu.
Permintaan maaf kembali disampaikan Nadir Bakar setelah anggota parlemen Muhammad Al Kurdi menyampaikan di tengah sidang parlemen yang membahas mengenai masalah izin bagi wanita Eropa untuk mengajar di Mesir, bahwa bahasa Inggris adalah bahasa orang-orang kafir dan mengajarkannya kepada anak-anak akan merusak akal mereka. Hal ini akhirnya menimbulkan polemik setelah sidang, hingga akhirnya Nadir Bakar juga menyampaikan bahwa pernyataan itu tidak berdasarkan syariat dan ilmu.
Ketika sejumlah anggota parlemen An Nur menugucapkan selamat kepada Musthafa Bakri setelah parlemen menolak untuk mempermasalahkan tuduhannya kepada Al Barada’i sebagai antek asing, Nadir Bakar menyampaikan permintaan maaf dan menyampaikan,”Saya menolak secara tegas sikap yang disayangkan dari beberapa anggota An Nur yang memberikan ucapan selamat kepada Musthafa Bakri.”
Lagi-lagi Nadir Bakar perlu meminta maaf setelah beberapa anggota perlemen dari An Nur menyatakan berbaiat kepada Hazim Shalah Abu Ismail sebagai presiden Mesir, dan Bakar menyampaikan bahwa hal itu merupakan dukungan personal bukan dukung partai secara resmi.
Permintaan maaf selanjutnya disampaikan Nadir Bakar kepada rakyat Mesir merespon pernyataan anggota perlemen Salafy Anwar Balkimi yang menyatakan bahwa ada upaya pembunuhan terhadapnya, namun akhirnya jelas bahwa luka yang ada di wajahnya karena operasi plastik di hidung bukan karena percobaan pembunuhan, dan An Nur pun mengetahui bahwa Balkimi berbohong.
Selanjutnya Nadir Bakar perlu meminta maaf akan tindakan rekannya dalam faksi An Nur Muhammad Musthafa yang mengomentari Muhammad Abu Hamid yang menyampaikan “bukti” peluru hidup untuk menguatkan argumen bahwa Kementerian Dalam Negeri membunuh para demonstran yang melakukan aksi di depan kantornya. Muhammad Musthafa menyebut hal itu sebagai bentuk penyesatan. Nadir Bakar pun menjelaskan bahwa hal itu bukanlah sikap resmi dari Partai An Nur.
Walhasil Nadir Bakar bukan hanya juru bicara partai resmi An Nur, namun karena seringnya minta maaf atas nama partai maka ia juga dijuluki sebagai juru minta maaf resmi partai An Nur.
Menaggapi hal ini, Dr. Jamal Salamah selaku dekan ilmu politik Universitas Suez menyampaikan bahwa banyaknya permintaan maaf partai An Nur atas tindakan wakilnya di parlemen dikarenakan buruknya dalam proses seleksi caleg. Hal ini berbeda dengan Al Ikhwan yang terorganisir dan berpengalaman dalam politik sejak lama. Sedangkan An Nur baru terbentuk setelah revolusi hingga tidak memiliki waktu untuk memilih siapa yang terbaik untuk menjadi wakilnya.