Hidayatullah.com—Iran mengatakan bahwa mereka telah mulai mengambil langkah hukum terhadap Reuters, menyusul dihentikannya operasional kantor berita internasional itu di Teheran terkait laporan tentang ninja wanita, lapor AFP.
“Keputusan final apakah Reuters bisa melanjutkan kegiatannya di Teheran tergantung pada keputusan pengadilan,” kata Muhammad Javad Aghajari, kepala bagian media asing di kementerian kebudayaan seperti dikutip kantor berita resmi Iran IRNA, Senin (21/05/2012).
“Kasus ini belum mencapai kesimpulan dan belum masuk ke pengadilan,” kata Gholam Hossein Mohseni Ejeie, kepala kejaksaan Iran.
Menurut sumber-sumber yang dekat dengan AFP, dakwaan yang akan dilayangkan kepada Reuters berupa ancaman terhadap keamanan nasional Iran, propaganda menentang rezim dan tuduhan lain yang belum diungkapkan. Sampai saat ini tuntutan itu belum ada yang dikemukakan ke publik.
Pernyataan yang dikeluarkan pihak Reuters mengatakan bahwa mereka telah meminta maaf atas pemberitaan tentang ninja itu dan telah menarik berita tersebut.
Tidak ada staf Reuters di Teheran yang besedia berkomentar, karena perusahaan melarang mereka untuk memberikan pernyataan ke publik.
Kasus ini berawal dari pemberitaan Reuters tanggal 16 Februari tentang sekelompok ninja perempuan yang sedang dilatih di kota Karaj, sebelah barat Iran.
Para wanita beserta pemimpin klub ninutsu yang ditampilkan dalam rekaman video itu keberatan dengan judul berita asli yang ditulis Reuters: “Thousands of female Ninjas train as Iran’s assassins.”
Kemudian Reuters mengubahnya menjadi “Three thousand women Ninjas train in Iran” (Tiga ribu ninja wanita dilatih di Iran). Tetapi, akhirnya Reuters menarik berita tersebut.
Aghajari mengatakan, kantor Reuters di Teheran dihentikan karena laporan yang ditulisnya mengesankan bahwa Iran mengajarkan pembunuhan dan terorisme.
Pada bulan Maret lalu, kepala redaksi Reuters global Stephen Adler kepada koran New York Times mengakui bahwa judul kepala berita itu memang “sangat buruk”, oleh karena itu perlu diganti.
Meskipun demikian, ia merasa tidak ada yang salah dengan isi beritanya.
Reuters yang aslinya adalah sebuah perusahaan Inggris, sejak tahun 2008 menjadi bagian dari perusahaan konglomerat media asal Kanada, Thomson Reuters. Operasional kantor berita itu dikendalikan dari London dan New York.*