Hidayatullah.com—NATO berketetapan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan sebelum akhir tahun 2014. Namun besarnya ongkos penarikan pasukan itu tergantung dari pihak ketiga, yaitu Pakistan.
Sejak pesawat tanpa milik Amerika Serikat yang dioperasikan CIA melancarkan serangan di perbatasan Pakistan-Afghanistan pada Nopember lalu yang menewaskan 24 personel militernya, Pakistan menutup jalur logistik yang diperuntukan pasukan NATO di Afghanistan.
Brigjen Carsten Jacobson dari ISAF -pasukan asing pimpinan NATO di Afghanistan- menekankan pentingnya jalur logistik yang melewati wilayah Pakistan itu.
“Jalan menuju pelabuhan Karachi merupakan jalur terpendek, dan oleh karenanya itu adalah rute yang membuat logistik dan penurunan pasukan lebih mudah, mudah dan juga bisa lebih murah. Jadi tentu saja kami berharap banyak dengan jalur ini,” kata Jacobson, dikutip Euronews (22/5/2012).
Pakistan menuntut permintaan maaf secara terbuka atas serangan pesawat tanpa awak milik AS itu, serta meminta dilakukannya pemeriksaan dan peninjauan ulang atas strategi AS yang menggunakan pesawat tanpa awak untuk melancarkan serangan terhadap kelompok-kelompok perlawanan di sekitar perbatasan.
Perdana Menteri Pakistan Yusuf Raza Gilani mengkonfirmasi bahwa negosiasi terkait masalah tersebut sedang dilakukan.
“Pakistan merupakan bagian dari solusi … bukan bagian dari masalah bagi Afghanistan,” kata Gilani.
Menurut sejumlah spekulasi media di Amerika Serikat, Pakistan menuntut NATO membayar 4.000 euro untuk setiap kendaraan yang diperbolehkan menyeberang ke Afghanistan, jika mau jalur logistik itu dibuka kembali.*