Hidayatullah.com–Banyak histeria terjadi pasca pembebasan pemain sepakbola Palestina Mahmoud Sarsak di Jalur Gaza. Mahmoud yang juga seorang hafidz qur’an ini telah menyedot perhatian international. Mulai dari FIFA hingga pemain sensasional perancis Eric Cantona.
Namun kisah potensi dirinya untuk melanglang buana sebagai pemain international seketika menjadi datar saat ia mengungkapkan betapa rasa cintanya kepada tanah kelahirannya, tak ada tempat paling istimewa dalam hidupnya selain Jalur Gaza.
“Gaza adalah kota yang sangat indah meskipun ukurannya yang kecil. Saya suka pantainya, udaranya yang segar, dan keramahan masyarakatnya. Aku rindu semuanya tentang Gaza. Aku benar-benar hanya ingin pulang. “
Mahmoud juga menjelaskan bahwa perlawanan kita terhadap Zionis-Israel tidak harus dilakukan dengan Senjata. Setiap orang bisa bermain dan memaksimalkan kontribusinya untuk melawan penjajahan dengan keanekaragaman cara dan kemampuan yang dimilikinya.
“Perlawanan tidak harus dengan senjata, bisa menggunakan pena, kuas, teriakan dan olahraga. Kita semua adalah pejuang kemerdekaan, tetapi masing-masing dari kita memiliki senjata sendiri.” Jelas laki-laki yang pernah menginjakkan kaki di klub Sepakbola Barcelona ini.
Mahmoud dengan lugas menjelaskan, pilihannya untuk mengembangkan hobby sepakbolanya didasari oleh energi perlawanannya kepada Zionis-Israel. Dia ingin membuktikan walaupun Gaza terus ditindas, dijajah, diasingkan semua itu tidak akan mengurangi semangat generasi Palestina untuk menghafal Al Qur’an hingga berkarya baik dalam prestasi olahraga dan sebagainya.
“Olahraga adalah bentuk perlawanan tanpa kekerasan. Menjadi seorang wakil dari tim sepak bola nasional Palestina membuat saya ancaman bagi Israel. Saya selalu bergairah tentang membangun kehadiran Palestina di dunia olahraga. Saya mewakili Palestina dalam beberapa pertandingan sepak bola lokal maupun internasional, dan mendapat kehormatan untuk mengibarkan benderanya di mana pun saya bermain.”
Namun begitu, selama 2 bulan lebih dia melakukan aksi mogok makan didalam penjara. Mahmoud menjelaskan bebasnya dia bukanlah kemenangan atas pribadi dirinya. Tapi ini adalah kemenangan seluruh rakyat Palestina dan dunia international yang selalu setia berdiri melawan apartheid Zionis-Israel.
“Ini bukan kemenangan pribadi saya, tapi ini kemenangan rakyat Palestina dan sahabat international. Saya mendapatkan ketenangan selain dari Iman yang bertambah kuat didalam Penjara, juga karena saya tahu dunia international memberikan dukungan kepada saya”