Hidayatullah.com– Dua pemboman serentak dekat parlemen Afghanistan hari Rabu menewaskan sedikitnya 38 orang termasuk warga sipil dan personel militer, kata pihak berwenang.
Pejabat Kementerian Kesehatan Publik, Mohibullah Zeer, mengatakan, tambahan 72 lagi korban cedera dalam serangan tersebut. Sementara Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Sediq Sediqqi mengatakan, seorang pembom melakukan serangan pertama diikuti bom mobil, menambahkan empat petugas polisi ikut tewas.
“Tetapi, seorang kepala intelijen lokal dan empat polisi termasuk di antara yang tewas. Setelah ledakan pertama, polisi dan intelijen bergegas ke tempat kejadian dan terjebak di mobil yang meledak kedua kalinya,” ucap salah seorang pejabat pemerintahan tulis Guardian, Rabu (11/01/2017),
Taliban, yang melancarkan perang 15 tahun mengaku bertanggungjawab dalam serangan siang dekat kantor pemerintah dan legislatif.
Ghulam Faroq Naziri, seorang anggota dewan dari wilayah barat Herat dan seorang dari wilayah sama, Rahima Jami, terluka, tulis AP.
Sebelumnya, pembom berjalan kaki melakukan serangan di wilayah selatan Helmand, menewaskan sedikitnya tujuh orang, kata Kepala Polisi Provinsi, Jenderal Agha Noor Kemtoz.
Insiden terjadi dua kali dengan menggunakan bom mobil. Terjadi pada pukul 15.45 waktu setempat, dua bom mobil ini meledak saat para pegawai negeri sedang bersiap untuk pulang.
Peristiwa ini merupakan serangan terbaru dari Taliban di Afghanistan sejak November 2016 kemarin, ketika sebuah bom bunuh diri menewaskan lebih dari 30 orang.
Pekan lalu, pejabat dari Amerika Serikat mengumumkan bahwa sekitar 300 marinir akan dikerahkan di Provinsi Helmand untuk pertama kalinya sejak 2014. Dikabarkan, pasukan akan tiba pada musim semi tahun ini.Pasalnya, Taliban pun kerap menyerang Provinsi Helmand di Afghanistan. Sebelum insiden ini, Taliban berhasil menewaskan tujuh orang di Lashkar Gah, ibu kota Provinsi Helmand.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Taliban adalah salah satu korban kampanye ‘melawan teror’ yang dilancarkan Amerika dan sekutunya pasa serangan Menara Kembar WTC tahun 2001.
Taliban yang saat itu berkuasa dengan menegakkan hukum Islam, diserang oleh koalisi pimpinan AS dalam Operation Enduring Freedom dengan alasan bertanggungjawab meluluhlantakkan menara kembar World Trade Center di New York dan merusak markas Departemen Pertahanan AS, Pentagon.
Amerika dan sekutunya berhasil menggeser Taliban dan secara seenaknya menyiapkan pemimpin boneka Hamid Karzai, seorang dosen ilmu politik yang lama tinggal di luar negeri sebagai Presiden sementara (interim) sejak 2002. Selanjutnya pertama kali terpilih melalui Pemilu presiden 7 Desember 2004.
Selama lima belas tahun campur tangan AS dan sekutunya kondisi kehidupan rakyat Afghanistan hingga saat ini tidak pernah damai.*