Hidayatullah.com—Mesir akan mengeluarkan kebijakan baru terkait pintu perbatasan dengan Jalur Gaza di Rafah dan warga Palestina akan mengalami perubahan prosedur serta waktu perlintasan. Demikian dikatakan oleh Ismail Haniyah, perdana menteri pemerintaha Palestina di Jalur Gaza.
Maan (28/7/2012) melaporkan, berbicara kepada koran afiliasi Hamas menyusul pembicaraan dengan Presiden Mesir Muhammad Mursy, Haniyah menjelaskan bahwa pintu perbatasan akan dibuka 12 jam sehari dari pukul 9 padi hingga 9 malam.
Haniyah juga menjelaskan, jumlah pelintas batas akan naik sampai 1.500 orang perhari, dan orang-orang yang tiba dari luar negeri akan diperbolehkan masuk.
“Enam puluh persen warga Gaza yang dimasukkan dalam daftar hitam Mesir dan dilarang melintas sudah dihapus dari dalam daftar,” imbuh Haniyah.
Selain membicarakan masalah pintu perbatasan, Haniyah dan Mursy membahas tentang krisis listrik yang dialami Jalur Gaza. Untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik satu-satunya di wilayah pesisir itu, Jalur Gaza akan dihubungkan dengan jalur pipa gas Arab yang dikenal dengan 8th Grid.
Mesir rencananya juga akan membuka kembali kantor konsulatnya di Jalur Gaza, yang ditutup sejak Israel melancarkan serangan ke Gaza.
Tidak luput dari pembicaraan adalah masalah terowongan bawah tanah yang digunakan warga Gaza untuk memasukkan berbagai macam kebutuhan hidupnya selama diblokade Zionis.
Haniyah mengatakan bahwa terowongan tersebut hanyalah fenomena sementara dan warga Palestina tidak akan membutuhkannya lagi, jika pintu perlintasan dengan Mesir telah dibuka secara normal.*