Hidayatullah.com—Mesir tidak menunjukkan kedaulatannya di Sinai, demikian menurut penasehat politik Presiden Muhammad Mursy yang juga analis politik Muhammad Esmat Seif El Dawla kepada majalah Al Ahram Al Arabi.
Seif El Dawla mengatakan, pasal 4 Perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel membatasi kebebasan Mesir dan harus diamandemen sebelum Sinai sepenuhnya lepas dari Mesir, kata El Dawla sebagaimana dikutip situs Al Ahram (4/10/2012).
Penasehat presiden itu berulang kali meminta agar perjanjian itu diamandemen, sehingga membuat jurubicara presiden Yasser Ali membantah ada hubungan antara pernyataan El Dawla dengan sikap pemerintah Mesir terkait perjanjian tersebut.
Pasal keempat menjadi dasar bagi pihak internasional untuk memonitor area C, sebagaimana dicantumkan dalam apendiks militer perjanjian tersebut.
Menurut El Dawla, pihak internasional yang memantau keamanan di wilayah itu adalah pasukan dari negara-negara sahabat Israel. Sebagaimana yang dikatakan oleh Menteri Pertahanan Dalam Negeri Zionis Avi Dichter, mereka bukan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
El Dawla menekankan kekhawatirannya, sebab dalam banyak kesempatan berulangkali Zionis mengancam akan menduduki kembali Sinai.
Israel meminta izin Amerika Serikat untuk menguasai Sinai saat Mesir bertengkar soal pekerja lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing, dimana puluhan aktivis LSM bekerja tanpa memiliki izin resmi. AS kemudian merepatriasi warganya di atas pesawat, setelah otoritas Mesir secara misterius membatalkan larangan bepergian yang dikenakan atas pekerja asing itu.
El Dawla juga menegaskan bahwa kerjasama keamanan Mesir-Israel yang diatur dalam Perjanjian Camp David itu mengandung ancaman, dimana serangan atas Mesir tahun 1956 selalu bisa terulang kembali. Dan setelah perang tahun 1973 Israel pun kembali menguasai Semenanjung Sinai.
“Kita hanya tercenung saat Israel mengancam kita dengan Sinai beberapa kali. Pertama pada Juni 2011, ketika menteri luar negeri Mesir ketika itu Nabil El Arabi mengatakan bahwa Mesir tidak lagi berharga dan strategis bagi Israel,” kata El Dawla seraya menambahkan bahwa pernyataan itu dibuat setelah situs Israel News1 melaporkan Perdana Menteri Israel Banjamin Netanyahu menelepon Presiden Barak Obama dan mengatakan bahwa kemungkinan untuk menyerang Sinai sangat terbuka lebar.
Pada bulan Agustus 2011 ketika satu juta orang menyemut di Kairo, lima tentara Mesir di perbatasan Mesir-Israel tewas ditembak tentara Zionis. Kemudian saat perselisihan masalah LSM asing yang tidak memiliki izin, para pekerja LSM asal Amerika Serikat dibebaskan setelah Washington mengancam akan mengambil tindakan di Sinai, kata El Dawla.
Isi perjanjian Camp David banyak yang menguntungkan Zionis dan Amerika Serikat, maka tidak heran kedua sekutu itu mati-matian mempertahankannya. Perjanjian itu ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat, Perdana Menteri Israel Menachem Begin dan Presiden AS Jimmy Carter setelah dirundingkan pada 5-17 September 1978 di Camp David, Amerika Serikat.*