Hidayatullah.com—Pemerintah baru Libya siap untuk mengungkap seluruh file terkait kasus Lockerbie, kata duta besar Libya untuk Inggris mengkonfirmasi.
Namun demikian Mahmud Nacua mengatakan, setidaknya Libya belum akan merilis informasi tentang kasus Lockerbie yang dimilikinya dalam waktu dekat.
Pernyataan bahwa Libya akan merilis informasi tentang kasus Lockerbie itu diumumkan bertepatan dengan peringatan ke-24 tahun pemboman pesawat maskapai Amerika Serikat Pan Am 103 di atas Lockerbie, Skotlandia, yang menewaskan 270 orang di udara dan di darat.
Kejaksaan Skotlandia belum lama ini meminta secara resmi kepada perdana menteri Libya yang baru agar membantu menuntaskan kasus tersebut dan pemerintah Inggris (Skotlandia dibawah kekuasaan Inggris) mengatakan mendesak Tripoli agar bekerjasama dalam kasus Lockerbie.
Nacua kepada BBC mengatakan, belum ada kesepakatan formal yang dicapai antara kedua negara, namun Libya akan membuka informasi yang dimilikinya terkait kasus itu, lapor BBC (21/12/2012).
Pembukaan informasi kasus Lockerbie, kata Narcua, hanya bisa dilakukan jika pemerintah sudah mewujudkan keamanan dan stabilitas di negaranya, sebuah proses yang diyakininya akan memakan waktu sedikitnya satu tahun.
Bulan April 2012, Jaksa Agung Skotlandia Frank Mulholland mengunjungi Tripoli bersama dengan Direktur FBI Robert Mueller guna meminta kerjasama pemerintah Libya setelah tumbangnya rezim Muammar Qadhafi.
Pertemuan itu kemudian diikuti dengan pertemuan bulan Mei dengan perdana menteri sementara Libya di London guna membahas lebih lanjut tentang penyelidikan kasus Lockerbie.
Ketika itu, seorang jurubicara kejaksaan agung mengatakan bahwa perdana menteri meminta klarifikasi tentang sejumlah isu terkait penyelidikan kasus Lockerbie di Libya dan jaksa agung menyanggupi untuk memberikan informasi tersebut.
Sampai saat ini Abdul Basit al-Megrahi merupakan satu-satunya tersangka Lockerbie yang dijatuhi hukuman. Dia meninggal dunia tahun ini, setelah dibebaskan dari hukuman penjara seumur hidup pada tahun 2009 dengan alasan kemanusiaan, karena dokter menyatakan usia al-Megrahi tidak akan lama lagi akibat kanker prostat yang menggerogotinya. Sebagian pihak, termasuk keluarga korban, ada yang tidak percaya bahwa al-Megrahi merupakan salah satu pelaku pemboman pesawat komersial Amerika Serikat itu.*