Hidayatullah.com–Setelah hampi 6 bulan menjalani misi kemanusiaan, Andhika P Swasono Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengaku terkejut. Pasalnya meski sudah membuka lebih dari 200 shelter ia sempat tak percaya masih ada pengungsian yang belum dibantu selama ini.
Tim ACT baru saja menemukan sebuah titik pengungsian yang tidak kunjung mendapat bantuan. Tempat pengungsian itu masih berada di pinggiran kota Dar Pi, Myanmar. Pengungsian ini tidak mendapat bantuan karena dianggap liar oleh pemerintah Myanmar dan UNHCR.
“Rumah-rumah di sana hanya dibuat dari jerami, sangat tidak layak. Sementara di pengungsian UNHCR sudah pakai terpal,” jelas Andhika kepada hidayatullah.com dari Myamnar, Jumat (01/02/2013).
Untuk memberikan bantuan pertama, tim ACT langsung membelikan selimut tebal, kasur dan perlengkapan bayi untuk pengungsian ini. Tim ACT juga berencana untuk memasukkan kawasan pengungsian yang dianggap illegal ini sebagai salah satu titik penyaluran bantuan selanjutnya.
Andhika menjelaskan bahwa selama ini birokrasi untuk penyaluran bantuan memang sedikit berbelit-belit. Akhirnya banyak pengungsi yang tidak mengerti prosedur pendaftaran ternyata menjadi telantar.
“Kalau sudah terdaftar dibuatkan tenda oleh UNHCR, tapi kalau belum maka membuat rumah dari usaha sendiri,”jelasnya lagi.
Andhika menjelaskan bahwa tim ACT akan turun langsung ke kamp pengungsian tersebut.
“Apalagi kami sampai menemukan bayi yang sangat-sangat tidak diperhatikan dan terlantar karena minimnya bahan makan dan kesehatan,” tambahnya.
Andhika juga menemukan, belum adanya perhatian serius terhadap nasib etnis Muslim Rohingya ini.*