Hidayatullah.com—Dakwah Salafy dn Partai An-Nur akan mengadakan pertemuan publik di sebuah masjid di Mesir pada hari Jumat (5/4/2013) dalam rangka menghadapi “gelombang” Syiah yang melanda negeri itu, lansir Al-Arabiya.
“Salah satu dari doktrin Syiah yaitu Imam [Mahdi] yang mereka tunggu-tunggu tidak akan muncul sampai Mesir menjadi pengikut mereka,” kata Syaikh Syarif al-Hawari, salah seorang pengurus Dakwah Salafy, seraya menambahkan bahwa Mesir merupakan target Syiah terbesar karena menjadi pemimpin Sunni.
Orang-orang Syiah percaya imam keduabelas Muhammad al-Mahdi menghilang dari bumi ini pada abad ke-10, dan akan muncul kembali bersama dengan Yesus (Nabi Isa) untuk menyelamatkan manusia.
Hawari mengatakan, pertemuan itu akan menyoroti makar-makar jahat Syiah sepanjang sejarah.
“Termasuk dalam daftar [makar] itu adalah penghianatan terhadap Shalahuddin Al-Ayyubi, bekerjasama dengan Pasukan Salib … bekerjasama dengan Tatar menggulingkan Kekhalifahan Abbasiyyah … bersekutu dengan Amerika Serikat untuk menggulingkan Afganistan dan Iraq,” kata Hawari.
Dia menambahkan, Syiah juga bertanggungjawab atas konflik yang sedang terjadi di Suriah dan di Bahrain serta sejumlah negara Teluk lainnya.
Menyusul gelombang Arab Spring, negara Bahrain menghadapi unjuk rasa besar oleh kelompok warga Syiah di negara itu. Arab Saudi menghadapi gangguan keamanan di Provinsi Timur di mana banyak warga Syiah bermukim, dan pemerintah Kuwait juga diguncang aksi protes dari kelompok Syiah. Sementara Yaman juga menghadapi pemberontak bersenjata Syiah yang kembali bangkit di wilayah selatan, memanfaatkan momen konflik politik semasa Presiden Ali Abdullah Saleh yang kini dalam pengasingan.
“Kami yakin bahwa Syiah akan gagal (untuk mengontrol kami) seperti kegagalan mereka sebelumnya,” kata Hawari.
Hawari menyoroti bagaimana Dinasti Fatimiyyah yang menganut Syiah memerintah Mesir selama 260 tahun dan mendirikan Al-Azhar untuk mengubah rakyat Mesir menjadi pengikut ajaran Syiah, tetapi rencana jahat itu justru gagal.
Sebagaimana diketahui Al-Azhar justru menjadi institusi besar menara khasanah keilmuwan Islam (Sunni) yang disegani.
Isu infiltrasi Syiah ke Mesir kembali menjadi perhatian seiring dilakukannya perbaikan hubungan antara pemerintah Kairo dengan Teheran sejak Muhammad Mursy terpilih menjadi presiden, di antaranya lewat kerjasama di bidang pariwisata.
Sementara Salafy Mesir mewaspadai infiltrasi Syiah, tokoh Al-Ikhwan al-Muslimun Essam al-Erian justru menafikannya. Baca berita sebelumnya: Tokoh Al-Ikhwan Mesir Nafikan Penyusupan Syiah Lewat Pariwisata.
Isu Syiah ini juga menjadi perhatian mufti Libya, yang bahkan sampai merasa perlu untuk melarang para wanita di negerinya menikah dengan orang asing. Baca berita sebelumnya: Syiah Menyusup, Mufti Larang Wanita Libya Nikahi Pria Asing.*