Hidayatullah.com—Turki akan mendukung zona larangan terbang di Suriah yang dilaksanakan oleh Amerika Serikat, kata Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dalam wawancaranya dengan sebuah stasiun televisi AS, lansir Aljazeera Jumat (10/5/2013).
Saat diwawancarai NBC News Kamis lalu Erdogan mengatakan bahwa Presiden Bashar al-Assad diduga mengunakan senjata kimia untuk melawan musuh-musuhnya, yang mana itu berarti rezim Suriah “sejak lama” sudah melewati apa yang disebut oleh Presiden Obama sebagai garis merah.
Saat ditanya apakah Turki, yang merupakan anggota NATO dengan garis perbatasan terpanjang dengan Suriah, akan mendukung penerapan zona larangan terbang di negara tetangganya itu, Ergogan berkata, “Sejak awal … kami akan mengatakan ‘ya’.”
Namun sesungguhnya, penerapan zona larangan terbang di Suriah bagi Amerika Serikat sendiri tidak mudah. Pasalnya, AS harus mempersiapkan pasukan untuk melancarkan serangan udara dan juga pasukan angkatan darat sebagai penunjangnya. Sehingga hal itu memberikan resiko tersendiri bagi Washington.
Khawatir kesalahan yang sama saat menginvasi Iraq tahun 2003 terulang kembali, AS mengatakan ingin bukti-bukti sebelum bertindak.
Sementara Erdogan yakin rezim Suriah menggunakan senjata kimia. “Jelas bahwa rezim [Suriah] menggunakan senjata kimia dan misil-misil. Mereka menggunakan sekitar 200 misil, menurut intelijen kami,” kata Erdogan.
Erdogan tidak menjelaskan apakah negaranya benar-benar yakin semua 200 misil itu membawa bahan kimia, seraya menambahkan bahwa pemerintahnya belum pasti apakah gas sarin juga digunakan oleh rezim Suriah.
“Misilnya berbeda-beda ukuran. Dan terdapat korban nyawa yang disebabkan oleh misil-misil ini. Ada luka bakar, anda tahu, luka bakar serius dan reaksi kimia,” kata Erdogan saat ditanya bukti apa yang dimiliki Turki untuk mengatakan bahwa rezim Suriah menggunakan senjata kimia.
“Ada juga pasien-pasien yang dibawa ke rumah-rumah sakit kami yang terluka karena senjata-senjata kimia ini.”
“Anda dapat melihat siapa yang terluka karena misil kimia dari luka bakarnya,” kata Erdogan.
Rezim Suriah dan kelompok oposisi satu sama lain saling tuding menggunakan senjata kimia.
Dalam wawancara itu Erdogan meragukan lawan Assad menggunakan senjata kimia, sebab mereka nyaris tidak punya akses atas senjata-senjata itu.
“Tapi jika memang ada, kami menentang hal ini … kami menentang siapapun yang memiliki senjata-senjata [kimia] itu,” kata Erdogan.
Pekan lalu seorang penyelidik kejahatan perang yang ditugaskan Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan kesaksian bahwa dari korban-korban Suriah dan staf medis menunjukkan kelompok oposisi menggunakan bahan kimia yang dilarang berupa gas sarin. Namun, seorang penyelidik lainnya kemudian melemahkan tudingan itu.*