Hidayatullah.com—Pemilihan kota Tokyo sebagai penyelenggara kompetisi olahraga Olimpiade 2020, disebut Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai tidak fair, dan membuktikan bahwa International Olympic Committee (IOC) mengabaikan dunia Muslim.
Tokyo mengalahkan Istanbul dengan 60 suara lawan 36 suara saat pemilihan akhir oleh anggota-anggota IOC di Buenos Aires pada Sabtu (7/9/2013). Dengan demikian Jepang menjadi penyelenggara Olimpiade untuk kedua kalinya, sementara Madrid sudah kalah di putaran awal.
Erdogan mengatakan, Jepang dan Spanyol sama-sama sudah pernah menjadi tuan rumah Olimpiade, sedangkan Turki belum pernah sama sekali.
“Ini tidak adil,” kata Erdogan kepada media-media di Turki. “Dengan begitu, mereka memutus hubungan dengan 1,5 milyar orang di dunia Muslim,” ujar Erdogan Senin (9/9/2013) dikutip Reuters.
Sebelumnya, Istanbul juga gagal dalam pencalonan menjadi tuan rumah untuk Olimpiade tahun 2000, 2004, 2008 dan 2012.
Jurubicara IOC Mark Adams mengatakan, Istanbul sudah melakukan upaya luar biasa untuk menjadi tuan rumah Olimpiade. “Sayangnya, sebagaimana dalam olahraga, hanya ada satu pemenang.”
Dalam proposalnya, Tokyo yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade 1964, memperkirakan dana untuk penyelenggaraan acara non-pertandingan sekitar $4,4 milyar dan khusus untuk pertandingan $3,4 milyar tahun 2020 mendatang.
Sementara Istanbul, yang belum punya pengalaman menyelenggarakan event Olimpiade, dalam proposalnya menyebut total dana $19 milyar. Angka ini dinilai sangat besar dan terlalu riskan, terlebih Turki belum berpengalaman mengelola kompetisi olahraga internasional yang terbesar sedunia itu.
Masalah lainnya, belasan atlet atletik Turki belum lama ini terlibat penggunaan doping dalam kejuaraan di Eropa, sehingga Federasi Atletik Turki mendapatkan larangan tanding.
Menteri Olahraga Turki Suat Kilic, mengatakan isu doping bukan hanya terjadi di Turki, tetapi juga di banyak negara lain. Dan PM Erdogan sudah menegaskan akan memeranginya tanpa ampun.
Hal lain yang menbuat suram Turki adalah masalah demonstrasi yang hingga kini masih belum bisa diatasi pemerintah di Istanbul, disamping masalah di negara tetangganya, Suriah.*