Hidayatullah.com–Menteri Pertahanan Filipina, Albert Del Rosario, mengatakan para pejabat kedua negara sedang membahas latihan bersama yang lebih banyak dan penambahan tentara Amerika Serikat yang ditugaskan ke Filipina. Filipina menginginkan Amerika Serikat memperluas keberadaan tentaranya di negara itu di tengah-tengah meningkatnya sengketa perbatasan wilayah, lansir BBC (27/01/2012).
“Merupakan kelebihan yang jelas bagi kami untuk mengeksplorasi bagaimana memaksimalkan traktat aliansi dengan Amerika Serikat melalui cara yang bisa diterima bersama dan untuk keuntungan bersama,” seperti dijelaskan Albert Del Rosaria dalam pernyataannya.
Dia menambahkan bahwa negaranya membutuhkan kekuatan pertahanan dalam menghadapi sengketa perbatasan di wilayah.
Bagaimanapun Del Rosario tidak secara tegas menyebut Cina sebagai alasan untuk meningkatkan keberadaan pasukan AS itu. Tahun lalu Filipina menuduh Cina melakukan intimidasi sehubungan dengan sengketa kepemilikan beberapa pulau di Laut Cina Selatan.
Sumber-sumber di Filipina menyebutkan perundingan lebih lanjut akan digelar pada Maret tahun ini juga untuk menyusun rincian dari rencana tersebut.
Selain melakukan latihan militer bersama yang berlangsung rutin, sekitar 600 tentara Amerika Serikat secara bergantian ditempatkan di Filipina selatan. Mereka bertugas melatih pasukan di kawasan itu untuk menghadapi kelompok perlawanan militan Islam namun tidak memiliki peran tempur.
Sedangkan latihan militer keduanya didasarkan pada Kesepakatan Kunjungan Pasukan tahun 1999 yang memungkinkan kapal dan tentara Amerikta Serikat masuk ke Filipina.
Sebelumnya Amerika Serikat memiliki pangkalan di Filipina namun ditutup pada tahun 1991. Seorang pejabat Amerika Serikat sudah membantah spekulasi bahwa pangkalan militer tersebut akan dihidupkan kembali.
Amerika Serikat sudah sepakat untuk meningkatkan keberadaan tentaranya di pangkalan-pangkalan mereka di Australia dan berjanji untuk menempatkan kawasan Asia Timur walaupun menghadapi pemotongan anggaran. Hal itu ditegaskan oleh Presiden Barack Obama dalam kunjungan ke Australia dan beberapa negara Asia, termasuk Indonesia untuk menghadiri KTT Asia Timur, November 2011.*