Hidayatullah.com–Kehidupan bekas Presiden Mesir Hosni Mubarak telah berputar 360 derajat sejak dia digulingkan. Hidupnya kini penuh penyesalan dan penderitaan. Sampai-sampai, dia mengalami depresi berat dan mogok makan dalam empat hari terakhir.
Wakil Menteri Kesehatan Abdel-Hamid Abazza mengatakan, Mubarak (83) sangat tertekan, tapi kondisinya stabil. “Dia sepenuhnya menolak makan dan cuma minum jus, sehingga dia menjadi lemah dan kurus,” terang Abazza.
Menurut kepala tim medis Mubarak di Rumah Sakit Internasional Sharm Esh-Sheikh, Assem Azzam, bila kondisi ini terus berlanjut, Mubarak mesti diberi makan melalui infus.
Para penentang Mubarak sangat meragukan kondisinya. Mereka yakin, alasan itu sengaja dibuat untuk menghindari persidangan yang dijadwalkan pekan depan.
Mubarak akan dimejahijaukan pada 3 Agustus. Kegagalan membawa Mubarak ke pengadilan sebenarnya menjadi dilema pemerintah, karena akan memicu demo besar rakyat yang menginginkan rezim Mubarak diadili.
Pada sidang 3 Agustus, Mubarak akan diadili bersama bekas Mendagri Habib El-Adly dan enam pembantunya, demikian diumumkan Hakim Abel Gomaa.
Mubarak dan El-Adly menghadapi tuntutan yang sama. Mereka akan diadili atas tuduhan membunuh para pengunjuk rasa anti pemerintah ketika demo selama 18 hari, sehingga Mubarak tumbang pada 11 Februari. Lebih dari 840 orang tewas diterjang peluru aparat.
Belum ada pengumuman resmi di mana pengadilan Mubarak akan diselenggarakan. Namun me-dia setempat mengatakan, sebuah pengadilan di Sharm el-Sheikh telah disiapkan. Jika terbukti bersalah, Mubarak dan El-Adly dan enam orang lainnya bisa menghadapi hukuman mati.
El-Adly sudah mendekam di penjara dan dihukum 12 tahun penjara untuk kasus korupsi. Dia bertanggung jawab atas pengerahan 500 ribu polisi Mesir, beberapa di antaranya didakwa atas pelanggaran HAM terburuk selama 31 tahun kepemimpinan Mubarak.
Mubarak dirawat dan ditahan di rumah sakit sejak April, ketika dia diinterogasi jaksa penuntut umum. Mubarak dan istrinya, Suzanne, juga dituduh mengumpulkan kekayaan secara melawan hukum ketika mereka berkuasa selama 31 tahun. Putra mereka, Alaa dan Gamal, ditahan di penjara Tora di Kairo. Mereka menghadapi dakwaan korupsi dan pemerasan.*