Hidayatullah.com– Menteri Energi Australia mendesak warga di New South Wales agar mematikan lampu-lampu di rumah mereka karena wilayah itu menghadapi krisis energi.
Menteri Chris Bowen mengatakan warga New South Wales – negara bagian di mana terdapat kota terbesar Australia, Sydney – hendaknya tidak menggunakan listrik selama dua jam setiap malam apabila mereka “punya pilihan”.
“Jika Anda memiliki pilihan tentang kapan harus menjalankan peralatan tertentu, jangan jalankan dari pukul 6 hingga 8 [malam],” katanya dalam konferensi pers yang disiarkan televisi di Canberra, seperti dilansir BBC Kamis (16/6/2022).
Meskipun demikian, dia menambahkan bahwa dirinya “yakin” pemadaman listrik akan dapat dihindari.
Permintaan itu dikeluarkan setelah pasar utama listrik ditangguhkan disebabkan kenaikan harga-harga.
Australia adalah salah satu pengekspor batubara dan gas alam cair terbesar di dunia, tetapi berjibaku dengan krisis listrik sejak bulan lalu. Tiga perempat dari listrik negara masih dihasilkan menggunakan batu bara. Pemerintah sejak lama dituduh tidak berbuat cukup untuk mengurangi emisinya dengan berinvestasi dalam energi terbarukan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Australia merasakan dampak gangguan pasokan batubara, pemadaman di beberapa pembangkit listrik tenaga batubara, dan melonjaknya harga energi global.
Banjir awal tahun ini menggenangi beberapa tambang batubara di New South Wales dan Queensland, sementara masalah teknis telah memangkas produksi di dua tambang yang memasok stasiun berbahan bakar batubara terbesar di New South Wales.
Sekitar seperempat kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara Australia saat ini tidak dapat digunakan karena pemadaman tak terduga dan pemeliharaan terjadwal.
Beberapa produsen listrik mengalami lonjakan biaya produksi listrik karena harga batubara dan gas global meroket disebabkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Sementara itu, permintaan energi melonjak di tengah cuaca dingin dan karena ekonomi Australia mulai aktif kembali setelah pembatasan Covid-19 dilonggarkan.
Semua itu ikut menaikkan harga listrik di pasar grosir hingga di atas A$300 (£173; $210) harga per megawatthour yang ditetapkan oleh regulator pasar energi Australian Energy Market Operator (Aemo).
Namun, harga yang dipatok itu di bawah ongkos produksi untuk sejumlah generator milik perusahaan-perusahaan listrik, yang memutuskan untuk menahan kapasitasnya.
Lynne Chester, seorang pakar energi dari University of Sydney, mengatakan kepada BBC bahwa para pembuat kebijakan sebenarnya sudah mengetahui risiko generator-generator menua sejak lama. Namun, mereka mengabaikannya.
Menurut Chester, generator-generator yang ada – yang hampir seluruhnya digerakkan oleh bahan bakar fosil – usianya sudah puluhan tahun sementara mereka menghadapi permintaan pasokan listrik yang terus bertambah.*