Hidayatullah.com–Gejolak perang media menjadi begitu dominan dalam perkembangan konflik dan krisis di Suriah. Pertempuran opini antara media pemerintah yang terus menggulirkan opini bahwa kelompok oposisi Free Syrian Army (FSA) dengan gambaran pemberontak, teroris dan pengkhianat negara terus digembar-gemborkan melalui siaran televisi pemerintah.
Seperti dikutip dari middle-east-online.com, stasiun televisi pemerintah Suriah terus menyiarkan gambaran mayat-mayat kelompok FSA yang mati dan penuh lumuran darah. Pemerintah Suriah seperti hendak menggambarkan bahwa mereka telah menang dalam pertempuran Damaskus dalam seminggu terakhir ini.
“Saya biasanya menonton channel televisi dari pemerintah, tapi sekarang saya sudah berhenti, Menonton mereka adalah sebuah pembodohan,” jelas Ahmed, seorang pengungsi Suriah yang saat ini berada di Beirut.
Kebohongan televisi pemerintahan ini terungkap saat serangan FSA di pertengahan Juli ini. Saat realita telah penuh dengan ledakan bom dan benturan konflik antara oposisi dan militer pro Assad. Televisi pemerintahan justru menyiarkan informasi bahwa Damaskus baik-baik saja.
Bahkan, program televisi pemerintah yang mengajarkan masyarakat untuk mempersiapkan kehadiran musim panas dengan bahagia justru berbeda faktanya, karena kondisi Damaskus sudah hancur lebur sejak serangan ‘Volcano Damaskus’ berhasil menewaskan beberapa petinggi Bashar Al Assad.
Entah, apa maksud pemerintahan Bashar Al Assad. Apakah untuk menenangkan rakyat pendukungnya atau memang itu semua bagian dari sebuah konspirasi media. Namun semua pemberitaan televisi pemerintah di Suriah tersebut jelas terbantahkan dengan informasi-informasi akurat dari media-media independen. Baik media di Timur tengah seperti Aljazeera Arabic Channel hingga media-media international lainnya yang terus memantau perkembangan konflik Suriah sejak 16 bulan lalu.*