Hidayatullah.com—Mufti Besar Libya Syeikh Sadek Al-Ghairani mengecam penculikan yang belakangan terjadi atas para diplomat dan penyerangan terhadap kedutaan-kedutaan asing di negaranya.
Syeikh Al-Ghairani mengatakan, tindakan tersebut merupakan pengkhianatan atas kepercayaan dan bertentangan dengan ajaran Islam.
Selain itu, kata Syeikh Al-Ghairani, tindakan penculikan dan penyerangan atas kedutaan asing justru mengancam stabilitas negara Libya sendiri dan membuka kemungkinan akan intervensi pihak asing atas negeri itu.
“Dalam Islam tidak diperbolehkan melukai atau menyerang misi diplomatik manapun, atau staf anggotanya, atau berkonspirasi untuk menyerang mereka dengan berbagai alasan, sebab hal semacam itu akan dianggap sebagai sebuah sikap bermusuhan dan mencederai sikap damai dari orang-orang yang menjadi wakil dari negara-negara mereka,” bunyi pernyataan dari kantor mufti Libya itu dikutip Libya Herald.
Dan lebih parahnya, imbuh pernyataan itu, tindakan jahat berupa penculikan atas orang-orang tak bersalah tersebut diklaim dilakukan atas nama Islam, serta mendapat dukungan dari sebagian pengikutnya.
Pernyataan dari kantor mufti itu menyebut orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan tersebut sebagai tiran dan pelaku kriminal.
Kasus penculikan terkini menimpa diplomat dan staf kedutaan Tunisia, negara serumpun dan tetangga Libya sendiri.*