Hidayatullah.com–Upaya audit atas hasil perhitungan suara pemilihan presiden Afghanistan terkendala, karena kandidat presiden Abdullah Abdullah masih tidak setuju tentang kriteria kecurangan yang terjadi pada pemilu bulan Juni lalu.
Abdullah dan rivalnya Ashraf Ghani setuju seluruh 8,1 juta surat suara yang masuk dalam pipres 14 Juni lalu diperiksa ulang. Namun, penghitungan ulang terkendala sebab keduanya kerap tidak sepakat bagaimana menentukan keabsahan surat suara itu.
Audit tersebut diharapkan tuntas pada hari Sabtu (2/8/2014), setelah PBB dan Komisi Pemilu Independen Afghanistan (IEC) mengatakan kedua kandidat mengatakan setuju proposal yang diajukan PBB termasuk soal kriteria keabsahan surat suara.
Menurut jurubicara Abdullah, Mujib Rahman, kepada AFP kubunya tidak berusaha untuk memboikot audit. Hanya saja mereka ingin memastikan kriteria sehingga surat suara yang diperiksa ulang itu sah atau tidak.
Capres Abdullah unggul di atas para pesaingnya dalam pemilu putaran pertama, termasuk dari peringkat kedua Ashraf Ghani. Namun pada putaran kedua, Ashraf Ghani yang didukung oleh presiden Afghanistan saat ini Hamid Karzai dan sekutunya, tiba-tiba unggul di putaran kedua di mana kemenangannya diliputi oleh sejumlah laporan kecurangan dari kubu Abdullah yang dilakukan oleh Ghani baik menjelang maupun selama pemilu putaran kedua digelar.*