Hidayatullah.com–Seorang wanita berdarah Iran-Inggris yang berusaha masuk stadion di mana tim bola voli putra Iran bertanding melawan Italia, telah mendekam di dalam bui selama lebih dua bulan, lansir The Independent Rabu (10/9/2014).
Ghoncheh Ghavami, 25, ditangkap bersama sejumlah wanita lainnya pada 20 Juni lalu di Stadion Azadi, yang ironisnya berarti ‘kebebasan’ dalam bahasa Persia.
Ghavami dikabarkan sempat dibebaskan, tetapi saat akan mengambil barang-barangnya beberapa hari kemudian dia ditangkap lagi, lalu dipindahkan ke penjara Ervin, yang terkenal sebagai penjara kejam, di mana para tahanan politik ditahan dan disiksa.
Amnesty International mengatakan Ghavami, mahasiswa hukum yang kuliah di London, ditahan di penjara Ervin di Teheran sejak 30 Juni di sel isolasi tanpa mendapatkan akses ke pengacaranya. Dia merupakan “prisoner of conscience”, yang ditahan semata-mata karena mengikuti unjuk rasa damai menentang larangan wanita menonton pertandingan Liga Bola Voli Dunia di Stadion Azadi.
Sejak revolusi tahun 1979 oleh para pemuka Syiah, wanita Iran dilarang menghadiri pertandingan olah raga pria.
“Sikap yang diambil para tokoh agama dan pemimpin tertinggi tetap tidak berubah, dan sebagai penegak hukum kami tidak bisa membiarkan wanita masuk ke stadion,” kata Kepala Kepolisian Iran Esmail Ahmadi Moghadam dikutip kantor berita Fars.
Namun, peraturan keras yang diberlakukan oleh pemuka agama Syiah itu tidak punya gigi apalagi taring di luar negeri, di mana pada gelaran Piala Dunia di Brazil belum lama ini, ratusan wanita Iran menonton pertandingan sepakbola beramai-ramai dan sebagian besar dari mereka bahkan melepas kerudungnya, berpakaian ketat dan seksi lengkap dengan dandanan menor, seraya berteriak-teriak mendukung kesebelasan Iran.*