Hidayatullah.com–Presiden Mesir Abdul Fattah Al-Sisi hari Rabu (24/9/2014) dalam pidatonya di podium markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York mengatakan bahwa sekarang dunia mulai merasakan dan mengerti bahaya ekstrimisme yang dihadapi Mesir tahun lalu.
“Dunia mulai menyadari kenyataan dan mengerti mengapa tahun lalu rakyat Mesir berevolusi menentang ekstrimisme yang ingin memecahbelah keutuhan negara,” kata Al-Sisi dikutip Ahram Online.
Al-Sisi mengatakan bahwa sejak terpilih sebagai presiden bulan Juni lalu, dia dan orang-orang Mesir lainnya berupaya untuk membangun sebuah “negara demokratis” dengan mengikuti peta jalan yang diumumkan tahun tahun oleh berbagai kekuatan politik di Mesir pasca dilengserkannya Muhammad Mursy dari kursi kepresidenan.
Dia juga menekankan pentingnya sebuah pemerintahan inklusif yang menjunjung tinggi hukum, sistem peradilan dan hak asasi manusia.
Al-Sisi mengatakan bahwa Mesir menghadapi ancaman yang nyata dari sebuah kelompok teroris yang mencatut agama tahun lalu, selama terciptanya suasana polarisasi politik di Mesir.
“Kami telah memperingatkan tentang kelompok-kelompok ini,” kata Al-Sisi seraya menegaskan bahwa negara-negara lain juga harus bangkit melawan terorisme.
“Saya menekankan, seharusnya kita tidak membiarkan kelompok-kelompok semacam itu melukai Islam atau seluruh Muslim,” kata Al-Sisi tanpa menyebut nama kelompok yang dimaksud.
Kelompok yang dimaksud Al-Sisi tentunya adalah Al-Ikhwan Al-Muslimun, yang dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh pihak berwenang di Mesir beberapa bulan setelah Mursy dilengserkan. Mursy sendiri, yang berasal dari Al-Ikhwan, selama memerintah satu tahun sebelum akhirnya dituntut oleh rakyat yang berdemonstrasi agar turun dari kursi presiden, dituding banyak pihak membentuk pemerintahan ekslusif yang mengutamakan orang dan kepentingan Al-Ikhwan dibanding Mesir pada umumnya.
Pasca dilengserkannya Mursy dari kursi kepresidenan pada 3 Juli 2014 oleh militer, di mana Al-Sisi ketika itu menjabat sebagai menteri pertahanan, Mesir mengalami banyak gangguan keamanan mulai dari kerusuhan dan bentrokan berdarah antara aparat dengan kelompok pro-Ikhwan dan pro-Mursy, hingga serangan bom yang menarget fasilitas dan pejabat pemerintah serta pihak keamanan.
Pemerintah Mesir menuding Al-Ikhwan dan kelompok simpatisannya berada di balik serangan dan kerusuhan yang terjadi. Namun, tudingan itu dibantah Al-Ikhwan.
Dalam pidatonya Al-Sisi juga menyinggung konflik yang sedang terjadi di kawasan Arab dan Afrika, termasuk masalah Palestina, serta pembangunan yang sedang dilaksanakan di Mesir.*