Hidayatullah.com–Upacara untuk menghormati pemimpin pejuang hak masyarakat sipil kulit hitam Malcolm X digelar di lokasi tempat dia dibunuh 50 tahun yang lalu.
Aktivis, politisi, dan aktor, berada di antara 300 orang yang hadir dalam acara penghormatan kepada Malcolm X di Harlem, New York.
Dalam acara itu, salah seorang putri Malcolm X menyerukan untuk menilai kembali pemikiran ayahnya yang penting bagi perjuangan hak sipil di Amerika.
Ketika dia tewas, pemimpin Muslim ini telah menjadi lebih moderat dalam menyampaikan pesan-pesan tentang separatisme kulit hitam. Ia seorang pengacara yang bersemangat terhadap persatuan kelompok kulit hitam, kehormatan diri, dan kepercayaan diri.
Diberitakan BBC, Minggu (22/2/2015), upacara digelar Sabtu (21/2/2015) waktu setempat, di Pusat Pendidikan dan Tugu Peringatan Malcolm X & Dr Betty Shabazz, yang sebelumnya dikenal dengan Ruang Audubon.
Cahaya berwarna biru disorotkan ke lantai tepat Malcolm X, yang bernama asli El-Hajj Malik El-Shabazz, tewas ditembak.
Peristiwa ini terjadi ketik pria berusia 39 tahun itu bersiap untuk menyapa para pengikutnya.
“Dia hanya seorang laki-laki muda yang memberikan segala yang dia mampu,” jelas putrinya Ilyasah Shabazz.
Keluarga Malcolm X bersikukuh, retorika revolusionernya masih menjadi bagian penting dari perjuangan kesetaraan. Dia seharusnya lebih banyak dikenang dalam sejarah Amerika.*