Hidayatullah.com–Pemberontak Syiah Houthi pada Ahad menyiarkan sebuah rekaman yang mereka katakan merupakan serangan besar terhadap Arab Saudi yang membunuh 500 tentaranya sementara ribuan lainnya menyerah.
Yehia Saree, juru bicara militer Houthi, menggambarkan serangan pada pasukan Saudi yang berkembang menjadi serangan lintas batas “habis-habisan” telah menjebak tentara di dalam Arab Saudi.
Pertempuran itu terjadi di wilayah Najran dengan video yang disiarkan memperlihatkan kendaraan lapis baja yang telah hancur dan para tentara yang menyerah.
Arab Saudi belum menanggapi klaim Houthi tersebut. Jaringan Al Jazeera belum dapat secara independen memverifikasi rekaman atau klaim yang disiarkan TV al-Masirah milik Houthi.
Saree mengatakan serangan selama 72 jam sebelumnya telah mengalahkan tiga “brigade militer musuh”, menyebabkan penangkapan “ribuan” tentara musuh, termasuk tentara dan perwira militer Saudi, dan ratusan kendaraan lapis baja.
Video memperlihatkan kendaraan-kendaraan lapis baja, beberapa terbakar, dengan tanda-tanda Saudi yang jelas, bersama dengan tumpukan besar senjata dan amunisi yang menurut pemberontak berhasil mereka rebut.
Gambar-gambar itu juga memperlihatkan jasad pria berseragam militer Saudi. Beberapa mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Saudi.
‘Saudi Sendirian’
Catherine Shakdam dari Yayasan Next Century memberi tahu Al Jazeera bahwa tidak ada alasan untuk meragukan apa yang dikatakan kaum Houthi.
“Video dan gambar yang datang sebenarnya menegaskan pernyataan itu. Ini adalah poin penting dalam perang ini bahwa sekarang Yaman bergerak di tanah Saudi. Cukup menarik untuk melihat dengan semua pembicaraan koalisi besar Saudi bahwa Saudi sangat sendirian di pertarungan ini,” kata Shakdam.
Pasukan pemerintah Yaman, yang didukung oleh serangan udara dari koalisi pimpinan Saudi, dalam beberapa bulan terakhir berperang dengan pasukan Houthi di wilayah Kataf di provinsi Saada di Yaman utara dekat perbatasan Saudi. Sumber-sumber lokal mengatakan orang-orang Houthi telah menangkap sejumlah tentara Yaman dalam pertempuran.
Koalisi yang dipimpin Saudi, yang menerima senjata dan intelijen dari negara-negara Barat, melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui internasional dari kekuasaan di ibukota Sanaa setahun sebelumnya.
Houthi, yang baru-baru ini meningkatkan serangan rudal dan pesawat tak berawak ke kota-kota Saudi, telah mengaku bertanggung jawab atas serangan terbesar yang pernah terjadi pada fasilitas minyak Saudi pada 14 September.
Riyadh menolak klaim tersebut, mengatakan serangan itu tidak datang dari Yaman dan menyalahkan Iran. Teheran membantahnya.
Houthi mengatakan pada 20 September bahwa mereka akan menghentikan rudal dan menyerang Saudi Arabia jika aliansi menghentikan operasinya. Koalisi belum menanggapi proposal tersebut.*/Nashirul Haq AR