Hidayatullah.com—Dua badan penegak hukum transnasional, Interpol dan Europol, telah membuat kebijakan baru dalam menangani jaringan kriminal terorganisir yang berada di balik penyelundupan manusia.
Dilansir Euronews Jumat (16/10/2015), menyusul sebuah konferensi internasional mereka membentuk sebuah divisi khusus guna mengatasi penyelundupan manusia di seluruh rute-rute migrasi.
“Kita telah menyaksikan bahwa rute-rute tersebut berubah sangat dinamis. Contohnya, kelompok-kelompok kriminal itu menggunakan, secara intensif, teknologi komunikasi moderen seperti media sosial. Sehingga ada kebutuhan tidak hanya berupa berbagi informasi antara dua negara atau kawasan, melainkan benar-benar diperlukan adanya sebuah global sharing, pembagian informasi lintas benua,” kata Sekjen Interpol Jurgen Stock.
Arus migran membanjiri Eropa beberapa bulan terakhir dan Austria kewalahan menghadapi orang-orang yang berusaha mencari suaka baik di Jerman atau Swedia. Tidak kurang dari 1.000 migran setiap harinya melintasi perbatasan negara itu.
Badan Intelijen Kriminal Austria telah berusaha merusak penyebaran jaringan dan rute kejahatan penyelundupan manusia. Menurut Austria kelompok-kelompok penjahat itu sangat profesional dan memiliki jaringan internasional.
“Masalah ini sudah menjadi sangat serius dan berbahaya bagi para migran, karena semakin banyak orang –khususnya dari Bulgaria, Rumania dan lainnya– pindah dari melakukan kejahatan lain ke kejahatan berupa penyelundupan manusia yang sangat sangat berbahaya. Mereka tidak sadar dengan apa yang dilakukannya, mereka mendorong orang sebanyak-banyaknya masuk ke dalam lori, dan seterusnya,” kata Kolonel Gerald Tatzgern dari Badan Intelijen Kriminal Austria.
Pada musim panas lalu 71 orang ditemukan tidak bernyawa akibat kehabisan nafas di dalam sebuah truk barang yang ditinggalkan terbengkalai di pinggir jalan raya di Austria. Temuan mengerikan itu memberikan gelombang kejut ke seluruh dunia agar aparat berwenang segera bertindak.
“Anda mungkin tidak percaya. Dua pekan lalu kami menyelamatkan tiga orang dari tempat persembunyian berbeda, yaitu di dalam truk tangki, mereka nyaris kehabisan nafas, dua pekan lalu di Wina,” imbuh Tatzgern.
Bisnis kotor berupa penyelundupan manusia ini merupakan mesin uang bagi pelaku-pelaku kejahatan terorganisir yang mendatangkan keuntungan sangat berlimpah.*