Hidayatullah.com—Moskow menganggap kelompok Syiah bersenjata asal Libanon, Hizbullah, bukan sebuah organisasi teroris kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogadov, seperti dikutip kantor berita Interfax hari Ahad (15/11/2015), lapor Reuters.
Rusia berupaya mencari kesepakatan internasional perihal kelompok mana yang ikut aktif bertempur di Suriah yang dikategorikan sebagai teroris, dan mana yang diakui secara resmi sebagai pasukan oposisi –yang dapat diikutsertakan dalam negosiasi untuk menyelesaikan konflik Suriah secara politis. Namun, penilaian Moskow berbeda dengan Washington dalam hal tersebut.
Hari Sabtu kemarin, peserta-peserta yang ikut dalam perundingan di Wina soal Suriah belum lama ini, menyetujui Yordania akan menjadi koordinator dalam penyusunan daftar kelompok teroris.
“Sebagian mengatakan Hizbullah adalah sebuah kelompok teroris. Kami tetap melakukan kontak dan hubungan dengan mereka sebab kami tidak menganggap mereka sebagai sebuah organisasi teroris,” kata Bogadov hari Ahad.
“Mereka tidak pernah melakukan aksi teroris apapun di wilayah Rusia. Hizbullah dipilih oleh rakyat untuk duduk di parlemen Libanon. Ada anggota-anggota kabinet dan menteri yang berasal dari Hizbullah di Libanon. Kelompok itu merupakan sebuah kekuatan sosial-politik yang sah,” kata Bogadov.
Pasukan bersenjata Hizbullah, meskipun pada awalnya tidak mengakui, ikut bertempur secara aktif membantu pasukan rezim Bashar Al-Assad –yang juga penganut Syiah. Rezim Assad merupakan sekutu dekat Moskow dan Iran.
Amerika Serikat dan Uni Eropa memasukkan Hizbullah sebagai kelompok teroris. Kelompok tersebut juga diamati gerak-geriknya karena hubungan eratnya dengan negara Syiah Iran.*