Hidayatullah.com–Pejabat Jordania menyeru Israel agar menghentikan rencana untuk membangun “plaza doa” baru di Dinding Barat Jerussalem, yang berlokasi di komplek Masjid Al-Aqsha.
Pejabat Jordania Petra News Agency mengutip Menteri Komunikasi Mohammad Momani yang mengatakan bahwa pembangunan plaza akan melanggar situs peninggalan Islam.
Dianggap suci oleh Yahudi, Dinding Barat, terletak di komplek Masjid Al-Aqsha Jerusalem Timur, yang bagi umat Islam merupakan situs paling suci ketiga di dunia.
Baik pihak Jordania maupun pihak Masjid Al-Aqsha mengatakan pembangunan plaza bagi jamaah Yahudi akan merusak Istana Umayyad, sebuah situs bersejarah Islam dari abad ketujuh.
Dikutip english.palinfo.com Senin (08/02/2016), Petra News Agency melaporkan pada Kamis bahwa Syeikh Azzam al-Khatib, pengurus Awqaf (yayasan Jordania yang bertanggung jawab memelihara situs suci Islam di Jerusalem) yang berbasis di Jerusalem telah menulis surat pada otoritas Israel meminta pihak manajemen Istana Umayyad untuk diserahkan pada Awqaf.
Israel telah mendirikan platform di situs yang rencananya akan dibangun plaza, yang akan dibangun di sebelah tembok penahan komplek Masjid Al-Aqsha – disebut Yahudi sebagai “Kuil Gunung”.
Rencananya plaza itu akan dimaksudkan untuk memberi ruang di Dinding Barat bagi wanita Yahudi agar dapat membaca Taurat (kitab suci Yahudi), sedangkan Yahudi Ortodox menentang kehadiran wanita di area utama yang disediakan untuk berdoa.
Sejak pendudukan Israel atas Jerusalem dan Tepi Barat pada 1967, Jordania – via Awqaf – telah bertanggung jawab dan mengurus situs bersejarah Islam Jerusalem, khususnya ikon Al-Aqsha.
Sejak itu, “status quo” dipertahankan di situs yang tidak memperbolehkan non Muslim untuk melakukan aktifitas ibadah.
Di tengah-tengah ketegangan pelarangan untuk memasuki situs tersebut dan tuduhan bahwa Isrsel mengubah status quo itu dengan memperbolehkan sekelompok Yahudi memasuki Al-Aqsha. Pada Oktober lalu, Jordania dan Israel setuju untuk pemasangan kamera pemantau yang didukung AS agar dapat mengawasi aktifitas di dalam komplek masjid.
Hingga saat ini, dua pihak belum menemukan kata sepakat dalam bagaimana memasang kamera-kamera tersebut dan siapa yang seharusnya mengontrol.
Pada Ahad, Harian Haaretz mengutip pejabat Israel yang mengatakan bahwa mungkin kesepakatan tidak akan tercapai sebelum Paskah Yahudi pada April, ketika sejumlah besar Yahudi biasanya mengunjungi situs tersebut.*/Nashirul Haq AR