Hidayatullah.com—Menteri Dalam Negeri Austria Wolfgang Sobotka hari Rabu (7/9/2016) mengatakan negaranya akan mengajukan gugatan hukum terhadap Hungaria, jika tetangganya itu menolak menampung kembali para migran dan pengungsi yang telah melintasi perbatasan.
Ketegangan soal imigrasi meningkat menjelang pemilu presiden 2 Oktober di Austria, yang menuding Hungaria membiarkan para migran (dan pengungsi) melintasi perbatasannya, yang demikian melanggar kesepakatan Uni Eropa soal penanganan para pencari suaka. Masalah imigran itu bisa menjadi peluru bagi Partai Kebebasan, parpol beraliran kanan-jauh anti-imigrasi, untuk memenangi pilpres dan menguasai pemerintahan di Wina.
“Negara-negara atau kelompok negara yang terus melangar hukum harus menghadapi konsekuensi legal,” kata Sobotka kepada radio ORF seperti dilansir Deutsche Welle. “Dalam hal ini, republik [Austria] harus menggugat. Republik ini harus memastikan bahwa Uni Eropa bertindak sesuai hukum, titik.”
Akan tetapi, tidak jelas apakah gugatan hukum oleh pemerintah Austria saat ini tersebut benar-benar akan ditindaklanjuti atau hanya sekedar retorika politik menjelang pilpres.
Berdasarkan “Regulasi Dublin”, negara anggota Uni Eropa di mana seseorang menginjakkan kakinya untuk pertama kali di wilayah UE harus menjadi pihak yang memproses aplikasi suaka orang tersebut.
Hungaria, yang akan menggelar referendum pada 2 Oktober guna memutuskan apakah akan menerima kebijakan kuota suaka yang ditetapkan UE, mengatakan bahwa para migran melewati wilayahnya setelah pertama kali tiba di Yunani –yang juga anggota UE– lalu menerabas rute Balkan untuk mencapai Eropa bagian utara.
Hungaria juga menyalahkan Jerman dan Austria atas kebijakan pintu terbuka bagi pengungsi kedua tetangganya itu, sehingga jutaan migran dari Timur Tengah, Afrika dan Asia berbondong-bondong menuju Eropa tahun talu.
Arus migran di rute Balkan berkurang setelah negara-negara di kawasan itu memilih menutup pintu-pintu perbatasannya bagi para migran dan pengungsi awal tahun ini, Austria menerapkan pembatasan yang lebih ketat dan UE-Turki sepakat untuk meredam arus pengungsi yang menyeberang ke Eropa melalui Turki.
Kebanyakan migran dan pengungsi yang tiba di Eropa bulan-bulan terakhir menyeberang ke Italia dari Libya dengan mengarungi Laut Mediterania (Laut Tengah).*