Hidayatullah.com–Arab Saudi sudah siap menyetujui genjatan senjata di Yaman jika pemberontak Houthi dukungan Iran setuju, Perdana Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan pada Senin, sembari menambahkan bahwa dia ragu tentang upaya perdamaian setelah beberapa kali upaya genjatan senjata gagal.
Amerika Serikat dan Inggris pada Minggu telah meminta segera dilakukannya genjatan senjata tanpa syarat di Yaman untuk mengakhiri kekerasan antara Houthi dan pemerintah, yang didukung oleh negara-negara Teluk.
“Kami ingin melihat gencatan senjata kemarin. Semua ingin ada gencatan senjata di Yaman, tidak ada yang menginginkan hal itu lebih dari Kerajaan Arab Saudi dan anggota koalisi,” kata Adel sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (18/10/2016).
Kampanye militer pimpinan Saudi di Yaman mendapat banyak kritikan sejak serangan udara pada bulan ini terhadap upacara pemakaman di ibukota Yaman, Sanaa, telah menewaskan 140 orang menurut perkiraan PBB dan 82 menurut pemberontak Syiah Houthi (Syiah Hautsyi).
Koalisi Arab Bantah Merudal Prosesi Pemakaman Houthi di Sanaa
Jubeir mengatakan Arab Saudi telah berhati-hati dalam mematuhi hukum kemanusiaan di konflik Yaman. Dia mengatakan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pemboman itu akan dihukum dan para korban akan diberi kompensasi.
Ketika ditanya tentang serangan pada militan ISIS di kota Mosul, Jubeir mengatakan ISIS akan kalah. Tetapi dia menambahkan bahwa dia mengkhawatirkan milisi Syiah yang memasuki Mosul dan “terlibat dalam pertumpahan darah.”
Arab Saudi dan Koalisi Teluk banyak mendapat kritik dari dunia internasional pasca serangan udara yang menghantam upacara pemakaman di Ibu Kota Sanaa pekan lalu. Sedikitnya 140 orang warga sipil tewas dan 600 lainnya luka-luka akibat serangan salah sasaran tersebut.
Amerika Serikat (AS) dan Inggris mendukung kampanye Arab Saudi di Yaman segera mendesak diadakannya gencatan senjata antara Pemerintah Yaman yang dibantu Koalisi Teluk dengan kelompok Pemberontak Syiah Houthi dibawah dukungan Iran.*/Nashirul Haq AR